TENGGARONG – Kukar kaya akan budaya. Dari budaya Dayak, Kutai, masyarakat Pesisir, hingga komunitas suku lain seperti suku Jawa. Bukannya jadi sumber konflik, justru keragaman ini jadi sumber toleransi dan memperkaya budaya dan kemeriahan di Kukar. Seperti yang dilakukan Masyarakat Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong.
Mereka kembali melaksanakan tradisi Sedekah Bumi sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan rezeki yang diberikan alam. Kegiatan yang digelar pada Kamis malam, 15 Mei 2025 ini berlangsung meriah di Panggung Ceria, dan melibatkan warga lintas generasi, termasuk tokoh masyarakat, pemuda, pelaku seni tradisional, hingga komunitas budaya.
Tradisi Sedekah Bumi telah menjadi bagian dari budaya masyarakat suku Jawa yang menetap di Kutai Kartanegara. Sebagai upaya menjaga kelestarian adat leluhur, rangkaian kegiatan mencerminkan nilai-nilai spiritual, kebersamaan, dan gotong royong.
Kegiatan dimulai dengan prosesi ruwatan, sebuah tradisi penyucian diri dan penolak bala yang sakral dalam budaya Jawa. Dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit, yang tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana edukasi moral melalui kisah-kisah pewayangan. Selain itu, warga turut meramaikan arak-arakan gunungan, rayahan gunungan, mangan bareng (makan bersama), pemotongan tumpeng, dan ndungo bareng (doa bersama) sebagai puncak syukuran atas berkah alam.
Plt. Kepala Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara, Arianto, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan apresiasinya atas inisiatif warga dalam menjaga kelestarian budaya lokal. Ia menilai tradisi ini bukan hanya penting secara spiritual, tapi juga memiliki nilai sosial dan potensi pariwisata budaya.
“Ini adalah bagian dari budaya masyarakat kita, khususnya warga suku Jawa di Kutai Kartanegara. Tradisi Sedekah Bumi ini menjadi bentuk syukur atas hasil panen dan rezeki dari alam. Tentu ini harus kita dukung agar tetap lestari,” ujarnya.
Ia menyatakan antusiasme warga menjadi tanda kuat bahwa tradisi ini masih relevan dan hidup di tengah masyarakat. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti ini.
Meskipun fokus kegiatan lebih pada aspek budaya, Dinas Pariwisata Kukar tetap memberikan dukungan konkret berupa fasilitasi konsumsi dan logistik bagi panitia. Ia juga menekankan pentingnya sinergi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk pembinaan lebih lanjut.
“Dari pariwisata, kami hadir dan turut memberi dukungan meskipun tidak menyeluruh, misalnya melalui bantuan logistik untuk konsumsi masyarakat. Untuk aspek pembinaan seni dan budaya, tentu juga perlu sinergi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi prinsipnya, pemerintah mendukung penuh jika tradisi seperti ini terus berjalan dari inisiatif warga,” jelasnya.
Arianto juga berharap ke depan, tradisi Sedekah Bumi bisa dikembangkan lebih luas lagi dengan melibatkan komunitas budaya dan organisasi seperti Ika Pakarti, agar kesenian seperti wayang kulit bisa semakin dikenal sebagai bagian dari kekayaan budaya daerah, bukan hanya komunitas tertentu.
“Kita punya potensi seniman lokal, dalang-dalang muda dari Kukar yang bisa tampil dan berkembang jika diberi ruang. Harapannya, tradisi ini tidak hanya dilaksanakan rutin, tapi juga memberi ruang regenerasi pelaku seni dan menarik minat generasi muda,” tutupnya. (Adv/Dinas Pariwisata Kukar)