SIRANA.ID
  • Home
  • Ceritarana
  • Ranamendalam
  • Ranaterkini
    • Kalimantan Timur
    • Nasional
  • Potretrana
  • Advertorial
    • Diskominfo Kukar
    • Dinas Pariwisata Kukar
    • Dispora Kukar
    • Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kukar
  • Tentang Sirana
No Result
View All Result
  • Home
  • Ceritarana
  • Ranamendalam
  • Ranaterkini
    • Kalimantan Timur
    • Nasional
  • Potretrana
  • Advertorial
    • Diskominfo Kukar
    • Dinas Pariwisata Kukar
    • Dispora Kukar
    • Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kukar
  • Tentang Sirana
No Result
View All Result
SIRANA.ID
No Result
View All Result
Home Ranaterkini Kalimantan Timur

Festival Ibu Bumi Menggugat di Samarinda, Ta’awun untuk Keadilan Ekologi

Sirana.id by Sirana.id
16 December 2024
in Kalimantan Timur, Ranaterkini
0
Para perwakilan organisasi membacakan deklarasi pada Festival Ibu Bumi Menggugat

Para perwakilan organisasi membacakan deklarasi pada Festival Ibu Bumi Menggugat

0
SHARES
131
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Di sebuah sekolah dasar di Jalan Brantas, Samarinda, puluhan para pemuda, meramaikan festival yang menyuarakan gugatan atas Keputusan Problematik PP No. 25 Tahun 2024 dan Pimpinan Ormas Keagamaan Menerima ‘Hadiah’ Konsesi Tambang”

Samarinda, Kalimantan Timur – Kalimantan Timur, yang dikenal sebagai salah satu bagian dari paru-paru dunia, kembali menjadi pusat perhatian dalam perdebatan besar mengenai kelestarian ekologi. Pada hari ini (15/12/2024), Festival Ibu Bumi Menggugat secara resmi digelar di Samarinda, dengan tema “Ta’awun untuk Keadilan Ekologi”.

Festival ini diselenggarakan oleh Kader Hijau Muhammadiyah, dengan menggandeng sejumlah organisasi masyarakat sipil (CSO) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), seperti Jaringan Advokasi Tambang Kalimantan Timur, Pokja 30, Lembaga Bantuan Hukum Samarinda, Muara/Org, Perempuan Mahardhika, dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Samarinda sebagai kolaborator.

Kalimantan Timur, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, khususnya hutan hujan tropis dan sumber daya tambang seperti batubara, telah menjadi salah satu provinsi penghasil terbesar batubara di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per November 2021, terdapat 476 izin usaha pertambangan (IUP) yang tersebar di seluruh provinsi Kalimantan Timur, yang sebagian besar adalah izin untuk penambangan batubara. Saat ini, batubara menjadi salah satu penyumbang utama pendapatan daerah sekaligus pendorong utama perekonomian Kalimantan Timur, yang mencapai 70% dari total pendapatan. Namun, di balik keuntungan ekonomi yang besar ini, kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang semakin mengkhawatirkan.

Festival Ibu Bumi Menggugat hadir sebagai respons terhadap kondisi ini, sekaligus sebagai upaya untuk mengkritisi dan mengajak masyarakat berdiskusi tentang dampak kebijakan pemerintah, khususnya yang tercermin dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2024. Salah satu pasal yang menjadi sorotan adalah Pasal 83A, yang memungkinkan ormas keagamaan menjadi prioritas dalam memperoleh izin usaha pertambangan, termasuk untuk wilayah izin usaha pertambangan khusus (WIUPK). Kebijakan ini dikhawatirkan akan membuka peluang bagi penyalahgunaan kekuasaan dan memperburuk kerusakan ekosistem, mengingat ormas keagamaan yang diberikan izin mungkin tidak memiliki pengalaman atau keahlian dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Dalam diskusi utama festival, Fahmi Ahmad Fauzan, perwakilan dari Kader Hijau Muhammadiyah, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya gotong royong dalam menghadapi krisis ekologi yang semakin mendalam. “Sebagai bagian dari gerakan kader hijau, kami percaya bahwa gotong royong atau ta’awun adalah jalan untuk memperjuangkan keadilan ekologi. Bumi ini adalah ibu kita, yang harus dijaga dan dirawat bersama. Sayangnya, proyek-proyek besar seperti geothermal, tambang marmer, dan tambang batubara justru merusak ibu bumi dan menghancurkan ruang hidup kita,” tegas Fahmi, yang juga aktif dalam mengkampanyekan pelestarian lingkungan melalui Muhammadiyah.

Festival ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat diskusi, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun solidaritas dan jejaring antarkomunitas lingkungan. Selama satu hari penuh, berbagai kegiatan menarik diselenggarakan, mulai dari diskusi publik, pameran seni, hingga pertunjukan seni yang melibatkan berbagai kalangan. Salah satunya adalah panggung seni yang menampilkan tari, puisi, monolog, musik, hingga stand-up comedy yang mengangkat isu-isu sosial dan ekologi. Festival ini bertujuan memberikan ruang bagi masyarakat untuk bersuara dan terlibat langsung dalam upaya penyelamatan lingkungan.

Aidil, Ketua Panitia Festival Ibu Bumi Menggugat, menjelaskan bahwa acara ini merupakan kelanjutan dari rangkaian roadshow yang sebelumnya diadakan di Trenggalek (Jawa Timur) dan Kupang (Nusa Tenggara Timur), dan kini sampai di Samarinda. “Kami ingin membuka wawasan anggota Muhammadiyah tentang perbedaan sudut pandang terkait pengelolaan tambang dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan acara ini, kami berharap bisa memulai perdebatan konstruktif dalam tubuh Muhammadiyah dan memperbarui pemahaman serta kebijakan tentang isu-isu ekologi,” ujar Aidil.

Aidil menambahkan, meskipun terdapat perbedaan pendapat di internal Muhammadiyah terkait kebijakan pengelolaan sumber daya alam, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk mendiskusikan dan menilai kembali keputusan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah terkait pengelolaan tambang dan sumber daya alam lainnya. “Kami berharap, melalui kegiatan ini, anggota Muhammadiyah dapat membuka perspektif baru untuk mengevaluasi kebijakan yang ada, sehingga dapat mendorong keputusan yang lebih berpihak pada keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.

Selain itu, festival ini juga menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten, di antaranya Mareta Sari dari Jatam Kaltim, Adinda Rahmadhani dari PW IPM Kaltim, Parid Ridwanudin dari LHKP PP Muhammadiyah, Yuda dari AJI Samarinda, serta Arip Yogiawan, juru bicara Koalisi Bersihkan Indonesia. Melalui diskusi dan dialog yang diadakan, para peserta diharapkan mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan kelestarian alam.

Festival Ibu Bumi Menggugat adalah upaya nyata untuk memperjuangkan keadilan ekologi, dengan mengedepankan nilai ta’awun sebagai kunci untuk merawat bumi dan mengingatkan kita semua tentang tanggung jawab kolektif dalam menjaga kelestarian alam bagi generasi mendatang. (sirana.id)

Sirana.id

Sirana.id

Ada beberapa alasan nama Sirana disematkan untuk portal ini. Dari selatan provinsi Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Paser, Sirana adalah satu dari jenis anggrek yang terkenal keindahannya di Cagar Alam Teluk Adang. Lalu, Rana adalah nama yang dari berbagai bahasa, memiliki makna indah, anggun, riang, dan pemberani. Dari nama ini, Sirana bersemangat menjadi media yang memberi warna berbeda untuk Kalimantan Timur. Mungkin tidak jadi yang tercepat atau terbesar, tapi bisa menjadi oase baru di dunia jurnalistik Kalimantan Timur. Sirana akan berusaha terus berdaya dan bersuara menyajikan liputan yang nyaman dibaca untuk semua Temanrana

Related Posts

ilustrasi sawah di Kutai Kartanegara
Kalimantan Timur

Angan Swasembada Beras Kaltim, Saat Lahan Pertanian Kian Sempit

11 September 2025
Acara Adat peletakan batu pertama TPS3R oleh tokoh adat Derawan
Kalimantan Timur

RUPIAH, Agar Pengelolaan Sampah di Pulau Derawan Bisa Jadi Panutan

11 September 2025
Dayang Donna faroek saat konferensi pers KPK (sirana.id)
Kalimantan Timur

Dayang Donna Ditahan KPK Terkait Izin Usaha Pertambangan 2013-2018

10 September 2025
Next Post
Para peserta perempuan dalam workshop yang diselenggarakan Yayasan Mitra Hijau

Transisi Energi Berkeadilan: Berpacu dengan Pemanasan Global, Beban Ganda, dan Ruang Terbatas Perempuan

protes para aktivis di depan kantor gubernur Kaltim (Foto: Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim)

Tambang Terus Menggerogoti, Koalisi Masyarakat Sipil Kaltim Protes di Depan Kantor Gubernur

Ilustrasi jalan banjir di Kalimantan Timur (srana

Dibanding Bencana Lain, Banjir Bikin Paling Banyak Penderitaan di Kaltim

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terbaru

ilustrasi sawah di Kutai Kartanegara

Angan Swasembada Beras Kaltim, Saat Lahan Pertanian Kian Sempit

15 hours ago
Acara Adat peletakan batu pertama TPS3R oleh tokoh adat Derawan

RUPIAH, Agar Pengelolaan Sampah di Pulau Derawan Bisa Jadi Panutan

16 hours ago
Dayang Donna faroek saat konferensi pers KPK (sirana.id)

Dayang Donna Ditahan KPK Terkait Izin Usaha Pertambangan 2013-2018

2 days ago
Anak Gajah Tari yang ditemukan mati (Foto: TN Tesso Nilo)

Selamat Jalan Gajah Tari, si Penyuka Gula Merah

2 days ago

Kategori

  • Advertorial
  • Ceritarana
  • Dinas Pariwisata Kukar
  • Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kukar
  • Diskominfo Kukar
  • Dispora Kukar
  • Kalimantan Timur
  • Nasional
  • Potretrana
  • Ranamendalam
  • Ranaterkini
  • Uncategorized

Berita Populer

industri batu bara Kaltim (sirana.id)
Ceritarana

Permintaan Batu Bara Menurun, Anak Muda Kaltim Harus Bersiap

by Sirana.id
5 June 2025
0

SAMARINDA - Sejak era sebelum kemerdekaan, pertambangan dahulu jadi daya tarik Kalimantan Timur. Sisa industri pertambangan batu...

para perempuan yang memperjuangkan pemulihan ekosistem di Teluk Balikpapan, dalam sebuah aksi pad 2024 lalu. (Foto; Nofiyatul Chalimah)

Krisis Iklim dan Kerentanan Ganda Perempuan

12 June 2025
ilustrasi salah satu fakultas universitas Mulawarman/sirana.id)

Tujuh Perguruan Tinggi di Kaltim ini, Mahasiswa Barunya Tak Perlu Bayar UKT

17 June 2025
Tongkang batu bara yang melintas di perairan Kaltim (Sirana.id)

Orang Kaya di Indonesia dan 221 Ribu Rakyat Miskin Kaltim

28 September 2024
Tulisan yang menyambut di Maratua, saat turun dari speedboat di Pelabuhan umum Teluk Harapan, Maratua

Maratua Jazz 2024 Kembali Digelar, Catat Detailnya

15 October 2024

Topik

adat anak balikpapan banjir batu bara berau BMKG bps kaltim BRIN cuaca desa diskominfo kukar gempa ikn indonesia jurnalis kalimantan timur kaltim kebun sawit kekerasan komnas perempuan krisis iklim kukar Kutai Kartanegara maratua masyarakat adat muara badak muara kaman orangutan pantai maratua pekerja perempuan perubahan iklim pesut mahakam pilkada pulau maratua reset indonesia samarinda sampah sirana.id tambang universitas mulawarman walhi kaltim wisata yayasan mitra hijau
SIRANA.ID

Sirana.id adalah media lokal di Kalimantan Timur yang hadir dengan semangat edukasi dan sumber informasi bagi publik Kalimantan Timur. Sirana berupaya memberikan ruang lebih besar bagi perempuan.

Follow sosial media kami:

Berita Terkini

  • Angan Swasembada Beras Kaltim, Saat Lahan Pertanian Kian Sempit
  • RUPIAH, Agar Pengelolaan Sampah di Pulau Derawan Bisa Jadi Panutan
  • Dayang Donna Ditahan KPK Terkait Izin Usaha Pertambangan 2013-2018

Kategori

  • Advertorial
  • Ceritarana
  • Dinas Pariwisata Kukar
  • Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kukar
  • Diskominfo Kukar
  • Dispora Kukar
  • Kalimantan Timur
  • Nasional
  • Potretrana
  • Ranamendalam
  • Ranaterkini
  • Uncategorized
  • Tentang Sirana
  • Pedoman Media Siber
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami

© 2025 Sirana.id . All rights reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Ranamendalam
  • Ceritarana
  • Ranaterkini
  • Potretrana
  • Advertorial
    • Dinas Pariwisata Kukar
    • Diskominfo Kukar
    • Dispora Kukar
    • Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kukar

© 2025 Sirana.id . All rights reserved