Sungai Mahakam bak nadi bagi peradaban tiga kabupaten dan satu kota di Kalimantan Timur. Sungai ini mengalir sepanjang 920 kilometer dari hulu ke Selat Makassar. Perjalanan air ini membawa endapan yang membentuk delta dan menjelma ekosistem mangrove. Ekosistem muara Mahakam ini pun dikenal sebagai Delta Mahakam. Namun, kondisi Delta Mahakam perlu banyak upaya untuk memastikan ekosistem ini tetap menunjang kehidupan vegetasi, hewan, dan manusia di sekitarnya.

Delta Mahakam berada di Kutai Kartanegara. Terbentang dari Kecamatan Muara Badak, Anggana, Sangasanga, dan Muara Jawa. Cerita tentang degradasi lahan di Delta Mahakam bermula pada dekade 90an. Melansir dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), pengurangan mangrove sebanyak 65 persen disebabkan pembukaan tambak.

Dari berbagai kawasan mangrove di Kaltim, perubahan paling banyak di kawasan Delta Mahakam. Silvofishery pun dianggap jadi solusi saat ini. Tambak tetap menghasilkan dan berkelanjutan, lingkungan tetap lestari.

Silvofishery adalah menanam pohon mangrove di areal tambak dengan teknik tertentu. Metode ini, juga mengajarkan petambak mengelola tambak ramah lingkungan. Bagaimana pengelolaan pakan, mengatasi hama dan sebagainya. Achmad Nuryawan dari Yayasan Mangrove Lestari pun mengenalkan metode ini ke masyarakat Delta Mahakam.

Salah satunya Syamsu Alam yang mengelola tambak di Kecamatan Muara Badak. Dia menunjukkan bagaimana silvofishery di tambak yang dia kelola telah berbuah manfaat. Udang, ikan, dan kepiting tak cepat mati. “Berbeda dengan dahulu. Cepat besar tapi cepat mati,” kata dia.

Namun, meyakinkan dan membiasakan silvofishery tidak mudah bagi masyarakat yang sudah terbiasa dengan cara lama. Perlu pendekatan. Tidak hanya sekali berjumpa.

Belum lagi menentukan jenis pohon mangrove yang seperti apa yang pas untuk ditanam di kawasan tersebut. Satu lokasi, bisa berbeda jenis.
Meskipun sama-sama di Delta Mahakam. Begitulah yang dirasakan Achmad Nuryawan. Meski begitu, Delta Mahakam tetap harus dilestarikan. Supaya semua hidup sejahtera, bahagia selalu. Mulai dari hewan, tumbuhan, dan manusia di dalamnya.