Perempuan menjadi pihak yang terdampak ketika ada dinamika di isu energi. Namun, sayangnya pelibatannya tak banyak. Padahal, pengalaman Perempuan idealnya disampaikan perempuan itu sendiri. Bahkan, kini sudah ada para perempuan yang mendobrak keterbatasan dan menggerakkan upaya transformasi ekonomi juga transisi energi.
Para perempuan ini pun sebenarnya berharap keterlibatan lebih banyak di isu transformasi ekonomi dan transisi energi. Hal ini terungkap pada Workshop “Perempuan Sebagai Agen Perubahan Mewujudkan Transformasi Ekonomi dan Energi Berkeadilan” pada 12 dan 13 Desember 2024, yang diselenggarakan Yayasan Mitra Hijau. Acara ini diikuti 111 perempuan yang berasal dari desa terdampak tambang dan perwakilan organisasi perempuan di Samarinda dan Kutai Kartanegara.
Sebelumnya pada November 2024, YMH juga telah melakukan dua kali diskusi terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini dihadiri 27 perempuan di Samarinda dan 32 perempuan di Kutai Kartanegara yang juga berasal dari desa terdampak tambang dan perwakilan organisasi perempuan.
FGD dan Workshop ini diselenggarakan, karena YMH menyadari pentingnya merekam pengalaman perempuan terdampak tambang dan keterwakilan perempuan dalam Forum Konsultasi Daerah Untuk Percepatan Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur.
Dalam FGD maupun Workshop yang diselenggarakan, para peserta juga menginginkan keterlibatan perempuan dalam isu energi dan transformasi ekonomi. Apalagi, beberapa perempuan berhasil menggerakkan ekonomi berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya di desanya.
Muginem dari Desa Mulawarman, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara yang menggerakkan UMKM makanan ringan dan turut mengeksplorasi pemanfaatkan biogas dari limbah ternak di desanya.
Masih dari Tenggarong Seberang, tepatnya di Desa Suka Maju ada juga Yayuk Sehati yang berhasil jadi penggerak pembuatan paving dari sampah plastik di desanya. Produknya pun telah diperjualbelikan dari berbagai tempat.
“Lebih baik hidup dari sampah, daripada hidup menjadi sampah,” kata Yayuk Sehati, saat presentasi.
Tidak hanya itu, Bank Sampah juga banyak digerakkan kaum ibu. Seperti Bank Sampah Flamboyan di Sungai Siring, mereka hanya memerlukan waktu sehari dalam seminggu untuk mengoperasikan Bank Sampah dan mengubahnya menjadi cuan sejak beberapa tahun lalu.
Keterlibatan perempuan untuk memastikan transisi energi berkeadilan sangat penting. Apalagi, saat ini bumi terus mengalami pemanasan global. Hal ini ditegaskan Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Hijau Doddy S Sukadri yang memaparkan bagaimana Kenaikan suhu global hampir mencapai 1,5 C dibandingkan dengan suhu bumi rata-rata sebelum revolusi industri pada abad 18.
Maka dari itu diperlukan transisi energi atau peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan. Tetapi, bukan sekadar transisi energi. Tetapi, harus Transisi energi yang berkeadilan.
“Yaitu, transisi energi yang diarahkan untuk mengurangi kesenjangan, meningkatkan aksi iklim, sambil mengedepankan keadilan ekonomi, suku, ras, dan gender,” jelas Doddy dalam workshop.
Rosalena Fransiska yang juga dari Yayasan Mitra Hijau pun memaparkan, dua sasaran kesetaraan gender dalam isu transisi energi. Sasaran pertama adalah Perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin, berpartisipasi, dan mendapatkan manfaat dari transisi energi yang adil, berkelanjutan, dan inklusif.
“Kedua, perempuan memiliki akses dan kendali yang sama terhadap produk dan layanan energi berkelanjutan,” papar perempuan yang akrab disapa Oca tersebut.
Namun, kendala mewujudkan kesetaraan gender dalam transisi energi itu jelas masih ada. Yayuk Anggraini, dosen FISIP Universitas Mulawarman yang menjadi narasumber dalam workshop tersebut memaparkan, empat kendala.
Pertama adalah dominasi laki-laki di sektor energi dan ekonomi. Kemudian, kurangnya akses perempuan ke pendidikan, juga pelatihan teknis di bidang energi dan ekonomi. Serta, kesenjangan gender dalam pengambilan keputusan.
“Lalu, beban ganda perempuan dalam rumah tangga dan partisipasi ekonomi,” jelasnya.
Maka dari itu, perlu memberikan ruang untuk perempuan. Caranya dengan Edukasi dan Pelatihan seperti Program pelatihan teknis dan non-teknis untuk perempuan di bidang energi dan ekonomi. Lalu, Keterlibatan dalam Kebijakan dengan meningkatkan representasi perempuan dalam pengambilan keputusan energi dan ekonomi. Kemudian, Pemberdayaan di Energi Terbarukan dan Ekonomi Hijau seperti Mendukung perempuan dalam pengembangan usaha energi terbarukan dan ekonomi hijau.
“Serta membangun Kesadaran Publik dengan Kampanye inklusivitas untuk mengubah paradigma gender dalam sektor energi dan ekonomi,” tegas Yayuk.
Tidak hanya workshop dan berbagi pengalaman, komunitas perempuan yang hadir ini juga berkomitmen pada isu kesetaraan gender dan transformasi ekonomi yang diperkuat dengan penandatanganan komitmen oleh tiap perwakilan komunitas. Pertama mereka berkomitmen mengarusutamakan perspektif gender. Kedua, memperkuat partisipasi perempuan, ketiga mendukung inovasi yang berkeadilan. Lalu, keempat meningkatkan akses terhadap energi bersih, kelima mendorong kesetaraan dalam transformasi ekonomi, dan yang terakhir meningkatkan kesadaran dan advokasi.
Harapannya, keterlibatan perempuan akan benar-benar mewujudkan transisi energi berkeadilan di provinsi ini. Tanpa satu pun yang ditinggalkan. (sirana.id)
Baca juga: Kurang dari 100 Tahun, Suhu Bisa Naik 3 Derajat Celcius















