Muara Kaman – Dari sebuah desa di tepi Sungai Mahakam, sebuah kerajaan berdiri. Dengan raja Mulawarman yang masyhur, kerajaan ini menjadi kerajaan tertua di Indonesia. Jejak kerajaan ini tertulis pada yupa yang ditulis para brahmana tentang raja Mulawarman. Yupa-yupa itu kini ada di Museum Nasional, Jakarta. Satu tersisa sebuah yupa tak tertulis yang disebut Lesong Batu.
Kini wilayah itu dikenal dengan nama Muara Kaman. Lesong batu yang berada di Desa Muara Kaman Ulu jadi saksi bisu ribuan tahun peradaban Muara Kaman. Warga setempat menjaga keberadaan lesong batu. Lesong batu juga jadi tujuan Tirta yatra umat hindu di Kalimantan Timur. Untuk diketahui, tirtayatra adalah perjalanan umat Hindu yang bertujuan untuk menyucikan diri, memperkuat keimanan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan tirta yatra adalah tempat-tempat suci seperti pura, sungai suci, atau gunung. Sementara, Lesong Batu adalah peninggalan kerajaan Hindu tertua di Indonesia dengan raja Mulawarman atau disebut para peneliti sebagai Kutai Kuno.
Bagi warga Muara Kaman, Lesong Batu ini memiliki kisahnya sendiri. Cerita warga setempat, dahulu Belanda hendak membawa Lesong batu ke Tenggarong, Kutai Kartanegara. Namun, ketika dinaikkan ke kapal, kapalnya miring. Sehingga, lesong batu ini jadi satu-satunya yupa yang tersisa di Tanah Kutai.
“Kata orang kampung, ini lesong batu. Kalau kata ahli, ini batu yupa yang belum ditulis. Kami bilang ini induk yupa. Anaknya ya 7 yupa itu. Cerita orangtua kami, zaman Belanda dulu, tahun 1930an, lesong mau dibawa ke Tenggarong. Tapi enggak bisa. Pas mau dinaikkan kapal kapalnya miring. Jadi dia (lesong) di sini terus,” papar Arsyil, tokoh masyarakat Muara Kaman, beberapa waktu lalu.
Di lokasi ini, tidak hanya ada Lesong Batu. Tetapi juga ada museum mini peninggalan pecah belah kejayaan kerajaan Kutai Kuno yang berada di kompleks yang sama. (advertorial/Diskominfo Kukar)















