Salah satu wilayah di Kutai Kartanegara yang kaya akan aneka flora dan fauna, adalah Delta Mahakam. Salah satu hewan yang kerap dijumpai adalah Bekantan. Si monyet berhidung panjang. Memastikan ekosistem mangrove yang menunjang keberadaan bekantan di wilayah ini akan berdampak baik. Mulai dari bisa jadi wisata edukasi, hingga jadi penjaga untuk para penduduk yang hidup di sekitar hutan mangrove.
Bekantan sendiri merupakan hewan yang dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No. 134 dan No. 266 jo UU No. 5 Tahun 1990. Berdasarkan Red Data Book termasuk dalam kategori genting, dimana populasi satwa berada di ambang kepunahan.
Bekantan yang punya nama latin nasalis larvatus ini hidup berkelompok. Mereka pun hidup bergelantungan dari pohon ke pohon. Pucuk pepohonan mangrove, jadi makanan kesukaan mereka. Bekantan ini pemalu. Maka dari itu, dia menghindari interaksi dengan manusia. Namun, bekantan adalah penjaga.
Hal ini disampaikan Ketua Yayasan Mangrove Lestari (YML) Ahmad Nuriyawan. YML adalah lembaga yang fokus pada upaya restorasi mangrove di Delta Mahakam. Ahmad Nuriyawan yang akrab disapa Angga ini mengungkapkan alasan bekantan adalah penjaga. Jadi, beberapa kejadian di wilayah yang tak ditemukan bekantan, ada peristiwa monyet abu-abu ke pemukiman dan kebun warga untuk mencari makan.
Konflik antara manusia dan monyet abu-abu pun kadang tak bisa dielak. Sebab, monyet mereka biasanya mau memakan makanan yang sama seperti manusia.
“Seperti buah-buahan atau roti juga diambil. Namun, jika ditemukan bekantan, sangat jarang ada kejadian dengan monyet abu-abu,” jelas Angga.
Dia juga menambahkan, Bekantan adalah hewan pemalu. Hampir jarang terlibat konflik dengan manusia. Makanan favorit mereka juga berbeda dengan manusia, yaitu rambai laut dan pucuk daun. (advertorial/Diskominfo Kukar)















