SEPASANG suami istri dari Kampung Linggang Melapeh, Kecamatan Linggang Bigung, Kutai Barat, di sela berladang, mewariskan karya seni untuk Kalimantan Timur. Mereka mengembangkan, motif kriookng dari Kutai Barat yang memiliki makna filosofis dan telah mendapat pengakuan hak cipta karya seni dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Dirjen Kekayaan Intelektual pada Februari 2020. Mereka adalah FE Lebiq dan Sisilia Ramla yang sudah menginjak usia kepala 7.
Motif Kriookng adalah corak seni, yang bisa diaplikasikan untuk busana, hiasan rumah, dan sebagainya. Ada tujuh motif yang sudah dikembangkan FE Lebiq dan Sisilia Ramla. Mulai motif ketau, belanai (guci), nagaaq (naga), pagar, perisai, kodook (kura-kura), dan cihiiq (tiang).
Awalnya, hanya ada empat motif yang digambar Upang, sosok dari kampung sebelah yang mengenalkan motif kriookng ke keluarga mereka, puluhan tahun lalu. Saat itu, keluarga mereka membeli motif kriookng yang digambar di atas kertas. Bagi Sisilia yang hobi di dunia tata busana, menurutnya motif kriookng ini akan indah jika diaplikasikan ke busananya. Motif pun terinspirasi dari kekayaan alam dan budaya yang ada di sekitar mereka.
Misalnya motif Kodook yang berbentuk kura-kura. Mereka terinspirasi ketika bertemu dengan kura-kura saat ke hutan di Gunung Eno dekat rumah mereka.
“Padahal kura-kura kan jalannya lambat. Tetapi, mereka berhasil sampai di gunung,” cerita Lebiq.
Pasangan ini pun kerap mengikuti berbagai pameran. Selain untuk mengenalkan motif yang mereka kembangkan sejak tahun 70an itu, juga untuk memudahkan jika ada yang ingin beli dan melihat-lihat motif kriookng secara langsung.
Wastra Kriookng memiliki sejarah panjang dalam tradisi masyarakat Kutai Barat. Kata “Kriookng” berasal dari Bahasa Dayak Tunjung yang artinya melubangi. Pada dasarnya, motif-motif Kriookng sarat akan pesan-pesan tentang kehidupan. Motif kriookng Kutai Barat ini pun telah dipasarkan dan dipromosikan ke berbagai acara. Mulai dari lokal, nasional, hingga internasional.
Keindahan kriookng yang sarat akan makna, menambah khazanah seni dan budaya di Kalimantan Timur yang datangnya dari kearifan lokal setempat. Maka, mesti terus dilestarikan dan dipromosikan agar makin banyak yang tahu. (sirana.id)