JAKARTA – Berdasarkan data Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023, per 24 Juli 2024 hasil input dari 290 kab/kota se Indonesia menyebutkan jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 31,9 juta ton. Dari total produksi sampah nasional tersebut 63,3% atau 20,5 juta ton dapat terkelola, sedangkan sisanya 35,67% atau 11,3 juta ton sampah tidak terkelola.
Dalam mengatasi masalah sampah yang cenderung meningkat sebagai konsekuensi meningkatnya jumlah penduduk, ditambah dengan tempat pembuangan maupun pengelolaan sampah yang jumlahnya terbatas menjadi masalah yang krusial untuk diselesaikan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Riset dan Inovasi Daerah pada Deputi Bidang Riset dan Inovasi Daerah (RID) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat membuka webinar Pengelolaan Sampah untuk dapat Bermanfaat terhadap Lingkungan dan Ekonomi, Kamis (25/07).
“Tidak hanya pada saat sekarang, tapi pada saat ke depan. Belum lagi kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang baik maupun yang kurang baik, bahkan yang sudah merata atau yang belum merata atau tidak sama sekali. Diperlukan upaya dari pemerintah pusat dan daerah untuk membuat dan melaksanakan kebijakan,” jelas Oetami.
Menurutnya, program kolaboratif atau kerja sama antara pemangku kepentingan dalam mengelola sampah yang dilaksanakan dengan tepat. Mengedepankan prinsip sirkular ekonomi, di mana ada peningkatan manfaat ekonomi dari sampah. Jadi tidak dianggap beban tetapi dianggap juga sebagai salah satu potensi.
“Di samping itu kita juga perlu adanya menumbuhkan kesadaran bersama untuk melibatkan atau mengangkat, mengajak keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal ini merupakan salah satu bentuk modal sosial untuk menciptakan budaya bersih, sehat, dan bugar, sebagai bagian dari identitas dan karakter masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (Sirana.id)