Berenang bersama hiu paus atau whaleshark, adalah salah satu atraksi unggulan ketika wisatawan datang ke Berau, Kalimantan Timur. Keberadaan hewan ini, menjadi penting. Bagi manusia dan ekosistem di sekitarnya.
Melansir dari laman WWF masyarakat lokal Derawan sudah lama mengenal hiu paus yang sering muncul di bagan-bagan nelayan setempat. Hiu paus dipercaya sebagai hewan keramat sehingga masyarakat setempat melarang penangkapannya. Konon katanya, dahulu ada kisah mengenai hiu paus yang menyelamatkan seorang korban tenggelam. Selain itu, hewan tersebut juga dianggap sebagai pembawa berkah oleh nelayan karena umumnya kehadiran hiu paus disertai juga dengan kehadiran ikan-ikan lain yang menjadi target tangkapan bagi nelayan.
Bagi masyarakat Balikukup, hiu paus dikenal dengan nama hiu mbok atau hiu nenek. Masyarakat Balikukup percaya bahwa hiu paus merupakan jelmaan dari roh seorang nenek yang baik hati. Apabila nelayan di Balikukup bertemu dengan hiu paus saat melaut, mereka meyakini bahwa akan banyak rejeki yang menyertai mereka pada hari itu.
Dahulu, masyarakat Talisayan menganggap hiu paus sebagai hama karena kebiasaan berenangnya yang dianggap merusak jaring nelayan. Namun lambat laun, masyarakat mulai menyadari bahwa hiu paus memiliki daya tarik yang begitu tinggi sebagai objek wisata. Kini masyarakat mulai bisa hidup berdampingan dengan hiu paus.
Namun, sejumlah hal masih bisa jadi ancaman bagi hiu paus. Kondisi ekosistem berperan erat pada keberadaan hiu paus yang memakan ikan-ikan kecil ini. Untuk itu, meski kini menjadi salah satu atraksi ekowisata, sektor pariwisata juga tidak boleh menyalahi prosedur. Sehingga keberlanjutan eksistensi hiu paus ini bisa terus berjalan. (sirana.id)