TENGGARONG — Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara (Dispar Kukar) menyatakan kesiapan untuk menyerahkan aset Museum Kayu Tuah Himba kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud Kukar), jika hal tersebut diperlukan untuk mendukung pengembangan fungsi edukatif dan kultural museum tersebut.
Plt Kepala Dispar Kukar, Arianto, menegaskan pihaknya sangat mendukung apabila Museum Kayu Tuah Himba akan dimanfaatkan lebih optimal oleh Disdikbud. Saat ini, aset museum tersebut masih tercatat di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata.
“Sepanjang Disdikbud Kukar ingin memanfaatkan dan mengembangkan Museum Kayu, kami sangat setuju dan mempersilakan,” ujarnya.
Dirinya menjelaskan Museum Kayu Tuah Himba awalnya merupakan bagian dari aset Dispar Kukar yang tercatat bersamaan dengan kawasan Waduk Panji. Meski demikian, pihaknya tetap memberikan perhatian terhadap pemanfaatan aset-aset tersebut agar dapat dikelola secara maksimal dan berkelanjutan.
Museum Kayu Tuah Himba sendiri telah menjadi salah satu destinasi wisata edukasi unggulan di Tenggarong. Museum ini menyimpan lebih dari 125 jenis kayu khas Kalimantan dan menampilkan berbagai bentuk kerajinan tangan yang terbuat dari kayu, mencerminkan kekayaan sumber daya alam dan budaya lokal.
Selain koleksi kayu dan kerajinan, daya tarik utama museum ini adalah dua ekor buaya yang telah diawetkan. Kedua buaya tersebut tidak hanya dipajang sebagai objek visual, namun juga menyimpan cerita historis yang menarik.
Buaya pertama dikenal sebagai Buaya Sangatta, seekor jantan berusia sekitar 70 tahun dengan panjang tubuh mencapai 6,8 meter dan berat sekitar 850 kilogram. Buaya ini sempat menjadi perbincangan karena diketahui pernah memangsa manusia, yang kemudian ditemukan dalam perutnya.
Sedangkan buaya kedua adalah Buaya Muara Badak, berjenis kelamin betina berusia sekitar 60 tahun, dengan panjang 5,2 meter dan berat mencapai 450 kilogram. Keduanya kini menjadi ikon koleksi yang mencuri perhatian para pengunjung.
Museum Kayu Tuah Himba dibangun pada tahun 1990 dengan mengusung konsep rumah panggung khas Kalimantan. Penamaan “Tuah Himba” merujuk pada semboyan Kota Tenggarong, Tuah Himba Untung Langging, yang berarti menjaga kekayaan hutan dan alam demi keberlanjutan manfaat bagi masyarakat.
Pemkab Kukar terus mendorong promosi destinasi wisata, termasuk Museum Kayu Tuah Himba, melalui berbagai platform, termasuk media sosial dan media informasi lainnya.
Dengan potensi edukatif dan kultural yang dimiliki, museum ini diharapkan dapat terus berkembang menjadi pusat pembelajaran sejarah dan lingkungan bagi masyarakat, khususnya generasi muda. (Adv/Dinas Pariwisata Kukar)















