Pemerintah Desa Loa Lepu di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), secara aktif mulai menggarap sektor pertanian sebagai salah satu strategi utama dalam memperkuat ketahanan pangan desa. Inisiatif ini diwujudkan dengan memprioritaskan pemanfaatan lahan-lahan kosong yang belum produktif untuk diubah menjadi area budidaya yang dapat memberikan nilai ekonomi dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Kepala Desa Loa Lepu, Sumali, menjelaskan bahwa pengembangan sektor pertanian ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari visi besar desa untuk mencapai kemandirian. Kemandirian tersebut tidak hanya dalam aspek pengelolaan lingkungan, seperti yang telah dilakukan melalui program pengelolaan sampah, tetapi juga dalam hal penyediaan bahan pangan pokok bagi warganya. Menurut Sumali, langkah konkret telah dimulai dengan menggarap semua lahan kosong yang tersedia di wilayah desa agar dapat berproduksi secara optimal.
Jenis tanaman yang dipilih untuk dikembangkan adalah tanaman hortikultura dan buah-buahan. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kedua jenis tanaman ini memiliki masa panen yang relatif lebih cepat sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, permintaan terhadap hasil hortikultura dan buah-buahan juga terus meningkat, baik untuk konsumsi sehari-hari maupun untuk dijual ke pasar.
Sumali memaparkan lebih detail mengenai rencana penanaman yang telah disusun. Untuk tanaman buah, pepaya menjadi pilihan utama yang sudah mulai ditanam di sepanjang pinggir jalan desa. Sela-sela antara pohon pepaya tersebut rencananya akan dimanfaatkan untuk menanam tomat dan cabai. Pola tanam tumpang sari seperti ini diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan lahan yang tersedia.
Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, program ini juga ditujukan untuk menciptakan peluang ekonomi baru bagi warga Desa Loa Lepu. Dengan memiliki sumber produksi pangan sendiri, desa tidak hanya menjadi mandiri tetapi juga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan surplus hasil pertanian. Sumali menegaskan bahwa fokus utama untuk saat ini adalah pada tiga komoditas, yaitu tomat, cabai, dan pepaya, karena dinilai paling cocok dengan kondisi lahan dan paling dibutuhkan oleh masyarakat.
Tidak hanya memanfaatkan lahan di pinggir jalan, Pemerintah Desa Loa Lepu juga telah mengidentifikasi dan mulai menyiapkan lahan lain yang potensial untuk dikembangkan. Salah satunya adalah area di belakang kantor desa yang memiliki karakteristik tanah yang cenderung basah atau berair. Sumali menyatakan bahwa untuk lahan dengan kondisi seperti itu, diperlukan kajian lebih lanjut untuk menentukan jenis tanaman yang paling sesuai agar dapat tumbuh dengan optimal.
Saat ini, tahap implementasi sudah berjalan dengan penanaman sekitar 2.000 batang pohon pepaya di lokasi bekas kantor desa yang strategis, berada di pinggir jalan. Pengembangan pertanian pepaya dalam skala besar ini diharapkan dapat mulai menunjukkan hasil yang signifikan pada tahun depan. Seluruh proses pengembangan pertanian ini dirancang dengan pola berkelanjutan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, mulai dari tahap penanaman, perawatan, hingga pemanenan.
Dengan demikian, upaya Pemerintah Desa Loa Lepu dalam mengembangkan pertanian hortikultura tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri, tetapi juga untuk memberdayakan ekonomi warga dan mengoptimalkan setiap jengkal lahan yang dimiliki desa menuju kemandirian yang berkelanjutan. (Adv/DPMD Kukar)