BERAU – Kabupaten paling utara di Kaltim, diguncang gempa sejak Minggu (15/9/2024), pada Senin (16/9/2024) pagi. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan Gempa Berau Kaltim mencapai magnitude 5,5.
“Tadi malam diikuti sebanyak 18 kali gempa susulan hingga pukul 7 WIB pagi ini. Semoga kondisi tektonik segera stabil dan aman kembali,” kata Daryono.
Guncangan gempa ini memang tidak menyebabkan tsunami. Kaltim memang wilayah yang cenderung lebih aman dari gempa bumi, jika dibanding Sumatera, Jawa, ataupun Sulawesi. Sebab, Kaltim jauh dari zona subduksi utama yang merupakan penyebab utama gempa bumi tektonik di Indonesia. Namun, tak berarti Kalimantan Timur bebas gempa.
Daryono memaparkan, gempa Berau kali ini, mengingatkan pada gempa tahun 1921 di wilayah tersebut. Gempa pada 14 Mei 1921 mencapai skala intensitas maksimum VII MMI dan menyebabkan banyak rumah warga yang mengalami rusak berat. Wilayah yang diguncang gempa ini mencapai radius 250 km. Terjadi 10 kali guncangan-guncangan kuat yang berulang (gempa susulan).
Sehingga, menyebabkan likuifaksi atau ada rekahan-rekahan tanah sepanjang 10 m, lebar 20 cm, dengan kedalaman 2 meter dan menyemburkan air bercampur pasir dan tanah liat.
Sementara itu, akibat guncangan gempa tersebut, banyak warga Berau yang ada di pesisir dan beberapa pulau bersiaga. Mereka khawatir terjadi gempa susulan atau tsunami.
BMKG Berau menyampaikan, gempa pada Minggu malam itu, banyak dirasakan warga pesisir. Sebab, titik pusat kedua gempa tersebut berada di Kecamatan Batu Putih dan getaran terasa hingga wilayah Biduk-Biduk, Talisayan, Biatan, Tabalar, Sambaliung, Tanjung Redeb, Teluk Bayur, Gunung Tabur, dan Pulau Derawan.
BMKG pun mengimbau warga tetap berhati-hati terhadap gempa susulan yang mungkin terjadi. Jika terjadi gempa susulan segera mencari tempat terbuka (lapangan) jika masih berada di dalam ruangan atau bangunan. Juga, jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya. (redaksi)
Baca Juga: Kolaborasikan Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Lokal Untuk Minimalisasi Dampak Bencana















