Samarinda – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman (Unmul) bersama Aliansi SISMA Kaltim menggelar aksi memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Kamis (2/5). Aksi ini bukan sekadar aksi simbolik, melainkan bentuk protes terhadap kondisi pendidikan yang dinilai semakin terpinggirkan oleh kepentingan politik serta bukti keprihatinan pendidik terhadap pendidikan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur.
“Aksi ini dilakukan untuk menyuarakan keresahan mahasiswa dan pelajar terhadap kebijakan pendidikan yang tidak sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945, khususnya poin ‘Mencerdaskan Kehidupan Bangsa’,” ungkap AR, salah satu perwakilan BEM FKIP.
Selain itu, pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan menciptakan masyarakat yang lebih kritis dan kreatif. Tanpa pendidikan yang baik, sulit bagi suatu bangsa untuk bersaing di dunia yang semakin kompleks.
“Pendidikan hari ini justru mencederai tujuan bangsa. Kami ingin mengingatkan bahwa pendidikan seharusnya menjadi alat untuk memajukan masyarakat, bukan dikendalikan oleh kepentingan politik, mengutip pernyataan Nelson Mandela, ‘Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia’,” ujar AR.
Dalam aksi ini, BEM FKIP Unmul dan Aliansi SISMA Kaltim menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah dan pemangku kebijakan, antara lain:
1. Menyoroti rencana pembangunan pemerintah tingkat menengah, serta mempertanyakan aktualisasi program pendidikan di Kaltim, terutama yang berkaitan dengan visi gubernur Kaltim.
2. Menuntut perlindungan hak guru serta tindak tegas terhadap segala bentuk pelecehan di lingkungan pendidikan.
3. Mendesak pemerintah untuk mengutamakan kebebasan berpendapat bagi pelajar.
4. Menuntut gaji yang layak bagi guru honorer.
5. Meminta kejelasan dan jaminan kesejahteraan terkait perumahan guru honorer, sebagaimana diatur dalam UU ASN.
6. Dari elemen BK, disampaikan pula desakan untuk menurunkan atau meniadakan pajak buku sebagai bentuk dukungan terhadap literasi dan akses ilmu pengetahuan.
“Serta saya menegaskan bahwa aksi bukan hanya milik kawan-kawan mahasiswa ataupun kelompok tertentu tetapi aksi ini adalah untuk kita bersama yang menuntut hak kita, menuntut kesejahteraan sebagai tenaga pendidikan Indonesia. Saya juga berharap masyarakat dan pemangku kebijakan dapat membuka mata terhadap kondisi pendidikan kita hari ini,” tambah AR.
Aksi ini dilakukan dengan memasang spanduk berisi pesan kritis di tujuh lokasi strategis di Samarinda, yaitu:
• Flyover Jalan Juanda
• Tugu Pesut
• Depan Kantor Gubernur Kaltim
• Simpang Tiga Jalan Pahlawan
• Depan Dekanat FKIP Gunung Kelua
• Depan Gedung Rektorat Unmul
• Gerbang Utama Unmul
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada nilai simbolik dan visibilitas tinggi agar pesan mereka terdengar oleh pemangku kebijakan. Aksi ini diikuti beberapa lembaga, terkhususnya lembaga dari FKIP, dan juga BEM KM Unmul.
AR berharap pemerintah dan masyarakat membuka mata terhadap kondisi pendidikan saat ini. “Pendidikan dapat menjadi lebih inklusif, adil, dan manusiawi, terutama di daerah seperti Kaltim yang masih memiliki tantangan geografis dan sosial,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa pemerintah daerah dan pusat harus serius mengaktualisasikan visi pembangunan pendidikan yang telah dicanangkan, bukan hanya sebagai janji politik, tetapi sebagai komitmen terhadap masa depan generasi bangsa. Hak guru harus dilindungi sepenuhnya, termasuk dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan di lingkungan pendidikan. Guru honorer layak mendapatkan penghasilan yang manusiawi serta jaminan kesejahteraan, seperti akses terhadap perumahan yang layak sebagaimana tertuang dalam UU ASN.
Aksi ini menjadi pengingat bahwa pendidikan adalah fondasi kemajuan bangsa. Pemerintah diharapkan merealisasikan janji-janji pembangunan pendidikan, bukan hanya sebagai wacana politik, melainkan komitmen nyata untuk masa depan generasi muda. Karena dengan pembangunan pendidikan yang adil, merata dan berpihak pada rakyat, akan membawa pendidikan yang bermutu untuk anak-anak bangsa demi mewujudkan masa depan yang cerah untuk bangsa. (RA)















