Kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak yang terjasi pada wanita di Indonesia dengan kasus sebesar 13% dari seluruh kanker, dan angka kematiannya sebesar 10,3% (Globocan, 2012).
Lalu apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker serviks? Pada kanker serviks terdapat dua pengelompokan faktor penyebab kanker serviks, yaitu faktor yang dapat diubah (preventeble) dan faktor yang tidak dapat diubah (unpreventeble).
Yang termasuk faktor yang dapat diubah (preventable): Infeksi Human Papilloma Virus (HPV), infeksi Chlamydia, terlalu banyak melahirkan, berusia di bawah 17 tahun saat kehamilan pertama, gaya hidup (merokok, obesitas, penggunaan pil kontrasepsi jangka panjang)
Faktor yang tidak dapat diubah (unpreventeble): Keturunan atau riwayat keluarga dan adanya penenkanan/penurunan system imunitas tubuh dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit kronis (Diabetes Mellitus dan Hipertensi), penyakit autoimun (SLE) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Monica D Hartanti, peneliti di Pusat Penelitian Biomedik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah mengembangkan inovasi skrining untuk meningkatkan deteksi dini dan mengurangi biaya pengobatan. Salah satu teknik inovatif yang telah dikembangkan adalah analisis VOC (Volatile Organic Compounds) dalam urin Ini menentukan apakah urin mengandung senyawa volatil yang merupakan indikator kanker serviks.
“Dengan dukungan kecerdasan buatan (AI), metode ini diharapkan meningkatkan akurasi deteksi,” ungkap Monica dalam webinar bertema “Cervical Cancer Awareness Month 2025: Towards Cervical Cancer Elimination”, Selasa (21/1).
Selain itu, metode mRPA-NALFIA telah dikembangkan, yang bekerja serupa dengan tes kehamilan Metode ini menggunakan Recombinase Polymerase Amplification (RPA) untuk mengamplifikasi DNA dalam satu siklus pada suhu konstan tanpa menggunakan mesin PCR. Oleh karena itu, dengan memvisualisasikan strip tes, bisa mendapatkan hasil dalam waktu 5 menit. Meskipun inovasi seperti mRPA-NALFIA dan analisis VOC urine memiliki potensi besar, Monica mengakui bahwa tantangan tetap ada Ini termasuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas, serta faktor eksternal yang memengaruhi hasil VOC.
“Teknologi ini diharapkan menjadi alternatif skrining awal yang lebih efektif serta berkontribusi pada upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks di Indonesia,” harap Monica.
Adapun tiga pilar tujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memberantas kanker serviks, yaitu vaksinasi, skrining dan pengobatan. Vaksinasi terhadap 90% anak perempuan pada saat usia 15 tahun. Lalu, ada skrining terhadap 70% peremouan pada iusian 35-40 tahun. Dan pengobatan 905 perempuan dengan kanker prakanker dan kanker invasif. (RA/Sirana.id)