Sekitar tiga jam dari Samarinda, habitat Pesut Mahakam bisa dijumpai. Bukan di Sungai Mahakam yang besar, tetapi di anak sungai mahakam. Alasannya, Sungai Mahakam tak lagi ramah untuk mereka. Lalu lalang kapal besar, jadi alasan pesut makin tersingkir.
Mamalia air tawar itu, kini lebih banyak hidup di kawasan Mahakam Tengah, yaitu di Sungai Belayan, Kedang Rantau, Kedang Kepala, dan sekitar Danau Semayang – Melintang, yang ada di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Danielle Kreb, CO Founder Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK RASI) yang sudah puluhan tahun meneliti pesut mahakam menjelaskan bahwa hewan itu bergerak dengan bantuan sonar atau pantulan suara. Mereka tidak melihat, tapi memprediksi benda atau sesuatu di depannya dengan sonar. Sedangkan kapal-kapal besar yang umumnya membawa batu bara itu mengeluarkan suara yang mengganggu geraknya. Karena ponton menghasilkan suara lebih dari 100 desibel. Sedangkan, suara 80 desibel saja, sudah membuat pesut tak bisa menebak jaraknya dengan obyek lain.
Pesut Mahakam pun kini tinggal hanya 60an ekor saja. Padahal perannya tak hanya soal keseimbangan rantai makanan di sungai-sungai, tetapi juga membantu para nelayan di desa-desa setempat.
“Keberadaan Pesut itu juga jadi pertanda keberadaan ikan,” kata Jamri, nelayan di Desa Sangkuliman.
Para nelayan memahami, jika ada banyak pesut, berarti ikan haruan, lais, dan ikan kendia yang mereka cari juga melimpah. Warga setempat pun berusaha menjaga kelestarian hewan ini. Sebab, mereka meyakini keberadaan Pesut Mahakam juga menjadi tuah bagi desa mereka. Baik soal keberadaan ikan, mengingat mayoritas warga desa adalah nelayan. Juga, tuah dari keberadaan pesut untuk mendatangkan wisatawan ke desa mereka.
Atraksi bersua pesut mahakam pun jadi destinasi wisata. Maka, untuk bertemu Pesut Mahakam, bisa mengunjungi Desa Pela atau Desa Sangkuliman di Kecamatan Kota Bangun. Dua desa ini berada di sisi Sungai Pela yang jadi tempat Pesut Mahakam banyak mencari ikan. Selain itu, sudah tersedia penginapan dan paket wisata di desa-desa tersebut. (sirana.id)