Pemerintah Desa Loa Lepu, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), tengah mengembangkan sebuah terobosan inovatif di bidang pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan ekonomis. Inovasi mesin pemusnah sampah tanpa polusi ini dirancang untuk menjawab permasalahan sampah yang selama ini menjadi tantangan bagi banyak daerah.
Kepala Desa Loa Lepu, Sumali, mengungkapkan bahwa mesin yang dinamakan “Innovation Minimum Carbon” ini sedang dalam tahap perakitan dan perancangan di wilayah desanya. Mesin ini dirancang khusus untuk tidak mengeluarkan asap sama sekali selama proses operasi, sehingga menjadi solusi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
“Keunggulan mesin ini adalah kemampuannya membakar sampah dalam jumlah besar, antara dua hingga empat ton per hari, tanpa menimbulkan polusi udara karena seluruh proses pembakaran berlangsung secara tertutup dan terkendali,” jelas Sumali.
Yang membuat inovasi ini semakin menarik adalah efisiensi biaya operasionalnya. Untuk sebuah desa dengan jumlah penduduk sekitar 2.000 jiwa, cukup menggunakan satu unit mesin dengan biaya operasional hanya sekitar Rp300.000 per bulan. Biaya ini Adalah pembelian tabung gas elpiji 3 kg yang dapat digunakan hingga lima hari per tabung, sehingga total kebutuhan hanya enam tabung per bulan.
“Dengan perhitungan satu tabung gas seharga Rp30.000, total biaya operasional hanya Rp180.000 per bulan. Bahkan jika dihitung maksimal, anggarannya tidak lebih dari Rp300.000 per bulan. Ini sangat hemat dibandingkan dengan sistem pengelolaan sampah konvensional,” tegas Sumali.
Lebih lanjut, Sumali mengungkapkan bahwa limbah cair hasil pembakaran dari mesin ini sedang dikaji potensinya untuk dijadikan sebagai bahan pembuat obat rumput. Meskipun demikian, pihaknya masih perlu melakukan uji laboratorium lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya dalam bidang pertanian.
Inovasi ini lahir dari kebutuhan akan solusi nyata terhadap persoalan sampah yang menjadi masalah nasional, bahkan global. Desa Loa Lepu berupaya menjadi pelopor solusi berbasis komunitas yang dapat diadopsi oleh desa-desa lainnya.
“Kami berharap inovasi ini dapat dikembangkan secara masif dan menjadi bagian dari upaya bersama dalam menyelesaikan persoalan sampah secara berkelanjutan. Setelah launching nanti, mesin ini dapat digunakan oleh desa-desa lain yang membutuhkan solusi pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan,” pungkas Sumali.
Dengan inovasi ini, Desa Loa Lepu tidak hanya menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan lingkungan, tetapi juga membuktikan bahwa solusi-solusi berkelanjutan dapat dikembangkan dari tingkat desa dengan biaya yang terjangkau dan dampak yang signifikan terhadap pelestarian lingkungan. (Adv/DPMD Kukar)
 
			














