SAMARINDA – Saban tahun, banjir di Kaltim terus terjadi. Banjir pun jadi momok paling bikin masyarakat Kaltim sengsara. Soal banjir di Kaltim ini, pada 2026 Pemprov Kaltim mengusulkan Rp867,54 miliar ke Kementerian Pekerjaan Umum. Anggaran ini, akan dipakai untuk penuntasan penanganan banjir segmen Muara hingga Bendungan Lempake. Pemprov Kaltim menggunakan anggaran itu untuk pembangunan tanggul, pintu klep dan rumah pompa.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji. Dia juga memaparkan untuk usulan rencana pengendalian banjir Sungai Karang Mumus pada 2026 mencapai Rp231,53 miliar. Hal ini mereka pakai untuk pembangunan enam segmen dan reduksi banjir mencapai 239,1 hektar.
Selain urusan sungai, Wagub Seno juga meminta Balai Wilayah Sungai (BWS) segera melakukan akad kerjasama dengan Pemerintah Kota Samarinda untuk mengoptimalkan Waduk Benanga.
“Lahan sekitar 20 hektare segera manfaatkan untuk pembuangan sedimentasi sekitar 500 – 600 ribu kubik dari waduk,” sebutnya.
Hal ini mengingat keberadaan waduk ini juga menjadi kunci pengendalian banjir di Samarinda. Lebih lanjut, Penanganan banjir yang dilakukan Pemprov Kaltim untuk pengurangan genangan banjir hingga 2030 target mencapai 30.000 hektar senilai Rp380 miliar.
“Pembangunan drainase (intervensi provinsi ke kabupaten dan kota) sekitar 68 persen dari drainase yang ada. Juga irigasi persawahan (penanganan banjir sekaligus mengairi sawah), pantai kritis sepanjang 7,3 km sebesar Rp355 miliar, serta pengelolaan air baku,” sambungnya.
Jadi, yang menjadi perhatian tidak hanya di Samarinda. Tetapi wilayah lain juga di Kaltim. Apalagi, banjir juga datang di kota/kabupaten lain. Seno menambahkan,
Pemerintah Provinsi Kaltim sejauh ini ikut fokus menangani tiga wilayah sungai besar di Kaltim bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian PU.
Diantaranya, wilayah sungai (WS) Berau Kelay, WS Karangan (Kutai Timur), WS Mahakam (Mahakam Ulu, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Samarinda) dan WS Kendilo (Paser).
“Kalau kita bisa menata dan mengelola ke empat wilayah sungai ini, seharusnya kita sudah bisa mengendalikan banjir di Kaltim,” jelasnya.
Hantu Banyu yang Meneror
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim dalam publikasinya di Instagram, pada 2024 ada 221 kejadian banjir di Kalimantan Timur. Naik, dibandingkan 2023 yang hanya 134 kejadian. Berbagai catatan menunjukkan banjir kerap menyambangi Kaltim. Banjir besar pun beberapa kali terjadi pada 2024.
Banjir yang terjadi ini tak sekadar air hujan yang turun lebih intens. Bukaan lahan masif, pertambangan, hingga krisis iklim saling berkaitan memperburuk banjir.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau Dicky Edwin Hindarto dalam berbagai pemaparannya, menjelaskan kondisi iklim saat ini kian mengkhawatirkan. Bumi makin panas. Pada September 2023 dinobatkan jadi hari terpanas di dunia. Lalu, rekor itu terpecahkan pada 2024.
“Apakah rekor ini akan dipecahkan, pada 2025?” sambungnya.
Dari peningkatan suhu ini berdampak pada bencana iklim. Dicky menjelaskan, pada data sepanjang 2023 misalnya, di Indonesia ada sekitar 5.400 bencana terjadi. Gempa bumi terjadi 31 kali dan empat kali letusan gunung merapi. Sisa bencana lain adalah bencana iklim seperti kebakaran hutan, banjir, longsor, kekeringan, cuaca ekstrem, dan sebagainya. (ff/sirana.id)