Pesut Mahakam dapat perhatian Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq. Dia melakukan kunjungan kerja ke Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), pada Kamis 3 Juli 2025.
“Menteri jauh-jauh datang tidak hanya untuk melakukan seremoni. Menteri jauh-jauh datang untuk mengeksekusi apa yang harus dieksekusi dalam penanganan pelestarian biodiversiti kita,” kata Menteri Hanif Faisol di Gedung BPU Desa Pela.
Dia berkata, sepanjang populasi Pesut Mahakam tidak bertambah, berarti kita belum berhasil.
“Jadi kalau sekarang tersisa 62 ekor, tahun depan ya minimal 70 ekor atau meningkat dari itu,” harap Menteri Hanif.

Hanif Faisol berjanji untuk menjaga dan melestarikan Pesut Mahakam dengan kewenangan yang mereka miliki. Menteri LH dengan UU 32/2009, Gubernur dan Bupati dengan UU 32/2014. Antara lain dengan menjaga ekosistem agar tidak rusak, mencegah aktivitas yang tidak ramah lingkungan, melakukan tindakan preemtif dan preventif yang menyebabkan kematian pesut dan menjaga berbagai kegiatan di hulu sungai.
Di sisi lain, mungkin semua masyarakat memahami, menjaga habitat Pesut Mahakam, artinya memastikan kelangsungan hidup mereka. Pesut Mahakam memang tak sedikit yang terjerat rengge atau jaring ikan, setrum, atau bom ikan. Namun, urusan keberlangsungan habitat juga jadi hal krusial.
Meski namanya Pesut Mahakam, pesut ini jarang dijumpai di Sungai Mahakam yang besar. Pesut Mahakam pun hidupnya makin tersudut. Hidup di anak sungai Mahakam dan danau-danau di Mahakam Tengah.
Aktivitas riuh di perairan besar Sungai Mahakam dengan kapal gergasi yang mengeluarkan suara nyaring, mengganggu gerak Mamalia yang “melihat” dengan pantulan suara ini.

Namun, hidup makin tersudut tak garansi bakal aman. Sejumlah kematian si smiling dolphin ini, masih terjadi. Jika beberapa tahun sebelumnya banyak disebabkan langsung karena tak sengaja terjerat rengge, pada 2024 hasil analisis nekropsi, menunjukkan hal berbeda.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur bersama BPSPL Pontianak, Universitas Mulawarman, dan Yayasan RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) melakukan analisis nekropsi pada lima kasus kematian pesut pada 2024. Hasilnya mengungkap berbagai faktor penyebab, mulai dari penyakit, paparan zat kimia, hingga aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan.
Misal pada Four – Pesut jantan dewasa ditemukan mati di Muara Kaman, 21 Februari. Nekropsi menunjukkan penyebab kematian adalah penyakit pernapasan dan ginjal akibat usia lanjut. Mikroplastik ditemukan di lambung dan ususnya. Lalu, ‘Rexy’ – Pesut jantan yang ditemukan di Muara Muntai, 28 April, mati akibat akumulasi bahan toksik dalam tubuhnya. Selanjutnya ada Samarinda’ – Pesut jantan dewasa ditemukan mati di Kota Samarinda, 21 Juni. Nekropsi mengungkap gagal jantung dan ginjal sebagai penyebab utama, dipicu paparan zat kimia. Pela – Bayi pesut betina ditemukan di Kota Bangun, 12 Juli. Diduga mati karena infantisida oleh pesut lain dan penyakit organ vital seperti ginjal, hati, dan paru-paru. Terakhir, ada Angel – Pesut betina ditemukan di Tenggarong, 2 April, dalam kondisi pembusukan lanjut. Diduga mati akibat tersangkut jaring ikan.

Syarif Iwan Taruna Alkadrie, Kepala BPSPL Pontianak dalam rilisnya pada 4 Desember 2024, menyoroti besarnya tekanan terhadap habitat pesut.
“Pesut Mahakam menghadapi ancaman dari alat tangkap tidak ramah lingkungan, pencemaran mikroplastik, hingga paparan zat kimia berbahaya,” ujarnya saat itu.
Habitat utama pesut di Kawasan Konservasi Nasional Perairan Mahakam Wilayah Hulu, dengan luas 42.667 hektar, kini menjadi fokus perlindungan. Namun, langkah konservasi dinilai perlu ditingkatkan melalui pengawasan lebih ketat, penegakan hukum, dan edukasi masyarakat.
Pencemaran mikroplastik dan logam berat menjadi perhatian utama dalam analisis nekropsi. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak genetik dan kesehatan populasi pesut.
Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, LSM, dan masyarakat lokal dinilai penting untuk melindungi pesut dari kepunahan.
“Hasil analisis ini menjadi pengingat bahwa perlindungan spesies ini harus menjadi prioritas bersama,” kata Syarif. (FF/Sirana.id)
Baca juga: Habitat Terancam, Buat Pesut Mahakam Mati Sepanjang 2024