TENGGARONG — Di tengah perbukitan Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, tersembunyi jejak sejarah masa penjajahan Jepang yang belum banyak dikenal publik. Dua bunker peninggalan era Perang Dunia II masih berdiri dan menyimpan potensi sebagai destinasi wisata sejarah yang menarik untuk dikembangkan.
Plt. Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, Arianto, menilai situs-situs bersejarah seperti bunker Jepang di Jembayan merupakan bagian dari potensi destinasi yang layak untuk diangkat dan dikembangkan.
“Bunker peninggalan Jepang di Jembayan memang benar, itu adalah salah satu potensi destinasi yang bisa kita angkat untuk pengembangan wisata. Tapi tentu tidak semudah membalik telapak tangan, semua butuh proses. Intinya, potensi wisata sejarah di Kukar itu ada, Sekarang tinggal bagaimana kita bersama-sama, baik masyarakat maupun stakeholder terkait, menjadikannya sebagai destinasi yang bisa dikunjungi banyak orang. Baik untuk wisata, maupun edukasi.” ungkapnya.
Dirinya, juga menyatakan saat ini sudah ada sejumlah pihak yang mulai menunjukkan ketertarikan terhadap pengembangan kawasan tersebut. Dispar Kukar bersama pihak-pihak terkait lainnya akan mendukung setiap langkah yang diarahkan untuk pelestarian dan pemanfaatan bunker sebagai bagian dari potensi wisata sejarah di Kukar.
Mengenai keberadaan bunker ini memang telah lama diketahui oleh warga desa. Menurut Sekretaris Desa Jembayan, Jamli, struktur bunker menyerupai terowongan besar yang diduga digunakan sebagai tempat perlindungan atau basis pertahanan pasukan Jepang pada masa pendudukan.
“Salah satunya sudah runtuh karena berada di tepi jurang, sementara yang satu lagi masih ada, tapi belum bisa diakses karena medannya cukup rawan,” jelas Jamli.
Kedua bunker ini terletak di kawasan perbukitan yang cukup terjal dan belum memiliki akses jalan yang layak. Tidak ada jalur resmi menuju lokasi, sehingga warga yang ingin melihat langsung harus berjalan kaki melalui jalan setapak yang masih alami. Hal ini menjadi tantangan utama dalam upaya mengenalkan dan mengembangkan situs tersebut sebagai bagian dari destinasi wisata sejarah di Kukar.
Meski keberadaannya masih kurang dikenal, potensi wisata edukasi yang dimiliki cukup besar. Situs ini bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran sejarah lokal, terutama yang berkaitan dengan masa pendudukan Jepang di Kalimantan Timur.
Jamli mengatakan Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara sempat melakukan kunjungan beberapa tahun lalu ke kawasan tersebut. Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut dalam bentuk kajian teknis, pelestarian situs, atau pengembangan akses infrastruktur menuju lokasi bunker.
Selain menjadi aset sejarah, situs ini juga berpotensi menggerakkan partisipasi warga dalam pelestarian dan pemanduan wisata lokal jika dikembangkan secara bertahap.
Namun, pengembangan harus dimulai dengan studi teknis terlebih dahulu, untuk memastikan kelayakan struktur bangunan serta keselamatan pengunjung yang ingin datang ke lokasi.
“Waktu itu ada survei awal, tapi belum ada langkah berikutnya. Kami berharap akan ada perhatian lebih serius agar situs ini tidak hilang ditelan waktu,” tutupnya. (Adv/Dinas Pariwisata Kukar)