Jakarta – Narasi soal transisi energi dimana-mana. Tapi sepertinya energi fosil yang tersimpan dalam kekayaan sumber daya alam masih jadi komoditas yang menggiurkan untuk dieksploitasi oleh pemerintah pusat. Terutama, batu bara.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyampaikan Secara khusus untuk subsektor mineral dan batubara, Dadan memaparkan bahwa potensi komoditas minerba Indonesia termasuk yang terbanyak di dunia. Cadangan dan potensi sumber daya alam, khususnya di sektor minerba, menjadi salah satu senjata utama dalam meningkatkan ketahanan energi, yang menjadi Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo.
“Kita punya sumber daya alam yang sangat baik, baik itu energi terbarukan ataupun minyak dan gas bumi. Kita ini tidak pernah mengimpor untuk gas alam karena kita cukup dari dalam negeri. Dan kedepan mudah-mudahan kita melebihi dari apa yang kita perlukan. Kita masih ekspor dari sisi gas alam, kita juga terus menaikkan produksi dari sisi lifting untuk minyak dan gas bumi,” ujar Dadan pada sambutannya pada acara Digital Transformation Indonesia Conference and Expo (DTI-CX) di Jakarta, Rabu (6/8/2025) lalu.
Sejak tahun 2022, subsektor minerba memiliki kontribusi signifikan terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kementerian ESDM. Pada tahun 2024 lalu, PNBP subsektor minerba memberi sumbangsih sebesar Rp140,5 triliun dari total PNBP Kementerian ESDM sebanyak Rp269,6 triliun.
“Jadi, suatu bidang yang diharapkan ini bisa mendorong perekonomian yang baik, men-support, berkontribusi, dan menurut Bappenas (Badan Perencanaan Nasional), ini salah satu yang memang akan berkontribusi utama untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi 8 persen itu bisa tercapai dengan hilirisasi,” ungkap Dadan.
Indonesia katanya mengejar emisi nol pada 2060. Namun, jangan mengira jika emisi nol itu artinya tak menggunakan energi fosil sama sekali. Untuk diketahui, konsumen energi fosil terbesar adalah pembangkit listrik.
Terpisah, dalam rencana umum ketenagalistrikan nasional (RUKN) disebut Syaharani dari ICEL, masih ada penggunaan energi fosil pada 2060.
“Dalam RUKN, masih ada 26,4 persen penggunaan energi fosil pada 2060,” kata Syaharani saat mengisi acara pelatihan di Samarinda.
Lanjut Syaharani, untuk menjaga agar emisi terhitung tetap nol, hasil emisi penggunaan energi fosil 26,4 persen pada 2060, dianggap akan diserap hutan-hutan yang tersisa pada 2060. (ff/sirana.id)