SAMARINDA – Dua nyawa anak melayang di lubang tambang Desa Bangun Rejo, Kutai Kartanegara pada Sabtu (14/9/2024). Kematian dua anak ini, menambah daftar korban nyawa melayang di lubang tambang yang kini mencapai 51 orang. Juga, kematian dua anak ini, menunjukkan tak ada keseriusan mengatasi problem lubang tambang di Kalimantan Timur.ntuk mencegah terjadinya korban berulang dari kolam eks tambang.
Pj Gubernur Kaltim memberikan tanggapan soal kejadian tersebut. Menurutnya, setiap elemen masyarakat maupun komunitas tertentu bisa ikut berkontribusi dalam upaya-upaya kemanusiaan ini.
“Saya tidak ingin berdebat soal kewenangan. Yang bisa kita lakukan, ayo kita lakukan. Minimal dimana tempat anak-anak bermain itu kita jaga, kita pagari. Insyaallah saya akan segera bergerak,” seru Akmal.
Lebih jauh Akmal masih akan mempelajari status areal yang telah menyebabkan korban jiwa tersebut. Sebab ia belum mendapat laporan apakah areal itu termasuk dalam pengelolaan perusahaan atau pun operasi tambang ilegal.
Sementara itu, pekan lalu. Pada 10 September 2024, saat menjamu Dubes Kanada Jess Dutton, Akmal memaparkan Kaltim setidaknya terdapat 50 ribu haktare lebih lahan eks tambang yang bisa dikelola untuk lahan pertanian dan tanaman produktif lainnya.
“Dia (Dubes Jess Dutton) mengatakan Kanada memiliki banyak pengalaman soal itu. Tapi mereka masih akan lihat, perusahaan mana, NGO mana yang akan bisa melakukan kerja sama ini,” ungkap dia.
Mempertanyakan Niat Reklamasi
Beberapa upaya reklamasi dilakukan. Salah satunya menjadikan lubang itu jadi tempat wisata. Tetapi, bukan garansi solusi. Misal pada Juni 2023, bocah laki-laki berusia 11 tahun berinisial AH ditemukan tewas tenggelam saat bermain di Wisata Danardana, Desa Perjiwa, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Saat itu, Dinamisator Jatam Kaltim Mareta Sari pun mengeluhkan danau tambang yang disulap jadi tempat wisata. Sebab, tidak ada kepastian keamanan. Juga, bagaimana danau bekas tambang itu benar-benar bebas zat beracun. Dia pun memaparkan beberapa logam berat hasil tambang antara lain alumunium, besi, dan mangan, berpotensi merusak air dan tanaman.
Ribuan lubang tambang teridentifikasi menganga di Kaltim. Implementasi pemulihan yang harusnya dilakukan dari dana jaminan reklamasi juga tak jelas. Nyatanya, rakyat yang hidup di sekitar tambang harus berpikir melakukan reklamasi.
Tidak hanya jadi tempat wisata. Lubang tambang juga diwacanakan jadi sumber air warga. Seperti danau bekas lubang tambang Indominco di Kutai Timur, yang akan menjadi sumber air warga Bontang. Atau beberapa kelompok tani yang berusaha memulihkan lahan eks tambang di dekat desanya. (redaksi)