Muara Kaman – Sabran telah dipercaya merawat batu berusia ribuan tahun. Dialah pemilik garis keturunan, yang menjaga Lesong Batu. Sebuah peninggalan dari Raja Mulawarman ribuan tahun lalu di Muara Kaman.
Meski merawat peninggalan ribuan tahun lalu, Sabran tak kesulitan. “Dibersihkan saja,” kata dia beberapa waktu lalu. Maka dari itu, situs Lesong Batu, di Muara Kaman ini pun selalu terjaga. Lesong batu adalah yupa tanpa aksara. Warga setempat memercayai, lesong tak tertulis ini adalah induk dari yupa-yupa yang tertulis. Maka dari itu, dia tidak bisa dibawa keluar Muara Kaman, seperti yupa lain yang telah dibawa ke Museum Nasional di Jakarta. Cerita bagaimana kapal-kapal menjadi miring ketika memuat lesong batu pun dipercayai. Sehingga, lesong batu, tetap bertahan di Muara Kaman. Di situs Kerajaan Mulawarman Kutai Ing Martadipura.
Peninggalan kerajaan Hindu Tertua ini, membuat Muara Kaman tak hanya jadi destinasi wisata sejarah atau edukasi saja. Tetapi juga wisata religi. Umat Hindu, kerap menjadikan situs ini sebagai destinasi tirtayatra. Tirtayatra adalah sebuah perjalanan religi ke tempat-tempat suci dalam tradisi Hindu. Bertujuan untuk pembersihan batin dan mendapatkan berkah ilahi. Tirtayatra akan melihat dari dekat tempat bersejarah untuk menyaksikan secara nyata tempat-tempat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu, agar dapat mempertebal Panca Sradha (lima keyakinan) dan kebenaran terhadap sejarah perkembangan ajaran Hindu
Pelaku tirtayatra ke Muara Kaman ini, tidak hanya warga di sekitar Kutai Kartanegara atau Samarinda saja. Tetapi juga dari luar pulau. Paket-paket perjalanan tirtayatra ke Muara Kaman juga telah banyak dijual dengan target pasar warga di luar Kalimantan. (Advertorial/Dinas Pariwisata Kukar)