TENGGARONG — Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema ekonomi kreatif, Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), dan sosialisasi program Kukar Kredit Idaman (KKI). Kegiatan ini berlangsung di Kecamatan Kota Bangun dan melibatkan berbagai elemen pelaku kreatif, termasuk Pokdarwis Pela, Pokdarwis Tanjung Sarai, perwakilan BUMDes, unsur kecamatan, serta para pelaku usaha ekonomi kreatif setempat.
FGD ini merupakan bagian dari program prioritas Dispar Kukar dalam memperkuat pemahaman masyarakat terhadap peran ekonomi kreatif (ekraf) dan mendorong kolaborasi lintas sektor di tingkat kecamatan. Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda, menjelaskan masih banyak masyarakat yang belum memahami secara utuh perbedaan antara ekraf dan UMKM konvensional.
“Fokus kami dalam FGD ini adalah memberikan pemahaman tentang apa itu ekonomi kreatif, serta membedakannya dengan UMKM biasa. Di samping itu, kami juga mensosialisasikan program HAKI dan Kukar Kredit Idaman sebagai bentuk dukungan pembiayaan untuk pelaku usaha kreatif,” ujarnya.
Dirinya menilai, koordinasi antara Komite Ekonomi Kreatif (Kekraf) dan pemerintah setempat di Kecamatan Kota Bangun masih perlu diperkuat. Melalui FGD ini, pihaknya ingin mendorong peran aktif Kekraf sebagai perpanjangan tangan Dispar Kukar dalam membina pelaku ekraf di tingkat lokal.
“Banyak yang belum tahu bahwa Kekraf itu menaungi subsektor-sektor ekonomi kreatif. Melalui forum ini, kami ingin membangun kesadaran tentang pentingnya kolaborasi antara Kekraf, Pokdarwis, BUMDes, dan kecamatan. Tujuannya adalah menyatukan langkah dalam membangun sektor ekraf dan pariwisata secara terintegrasi,” jelasnya.
Dia mencontohkan keberhasilan kolaborasi di Kecamatan Loa Janan, di mana Komite Ekonomi Kreatif setempat menggandeng Dispar Kukar untuk mengembangkan potensi seni pertunjukan. Melalui pengajuan proposal, mereka berhasil memperoleh dukungan berupa peralatan sound system, yang kemudian digunakan untuk menyelenggarakan event berbayar bertajuk “Tiba-tiba Ada Panggung”.
“Ini salah satu contoh konkret. Mereka menggaet sponsor dari sektor swasta, menggelar acara berbayar, dan berhasil menghidupkan sektor seni pertunjukan lokal. Ini model kolaborasi yang kami harapkan bisa direplikasi di kecamatan lain,” tambahnya.
Selanjutnya , dirinya juga menjelaskan pentingnya sinergi antara pelaku ekraf dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di masing-masing kecamatan.
Zikri berharap FGD ini menjadi titik awal pembentukan ekosistem ekraf yang lebih solid di Kota Bangun, serta mampu membuka ruang bagi anak muda setempat untuk berkarya, berinovasi, dan merasa memiliki tempat untuk berkembang.
“Kami ingin kehadiran Komite Ekraf benar-benar dirasakan oleh pelaku kreatif di daerah. Bahwa mereka punya tempat untuk dibina, diberdayakan, dan diberi ruang untuk menunjukkan karya mereka. Kolaborasi lintas sektor adalah kunci,” pungkasnya. (Adv/Dinas Pariwisata Kukar)