Makin besar hidungnya makin banyak betina di kelompoknya, makin besar pula badan dan ukuran testisnya. Inilah bekantan. Hewan yang hanya ditemukan di Pulau Borneo. Namun, hidupnya terancam seiring dengan pembukaan lahan di area mangrove hingga rivarian sungai.
Primata berhidung besar ini, kerap disebut Monyet Belanda. Tetapi, tidak ada hubungan hidupnya dengan Belanda. Sebab, hewan bernama bekantan ini hanya bisa ditemukan di Indonesia bagian pulau Kalimantan, Brunei Darussalam, dan Malaysia bagian timur.
Tri Atmoko, ilmuwan dari Pusat Zoologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertahun-tahun meneliti bekantan. Dia memaparkan hidung besar bekantan tidak hanya berkaitan dengan urusan reproduksi, kelompok, atau besar badan. Tetapi juga bagaikan pelantang suara. Makin besar hidung, makin keras suara.

Hanya bekantan jantan yang hidungnya besar dan hingga menjuntai. Sedangkan, bekantan betina, hidungnya mancung tapi tak sebesar jantan dan tak menjuntai.
“Bekantan itu hidup berkelompok. Nah ada dua jenis kelompok bekantan,” jelas Tri.
Kelompok pertama adalah one male group, atau kelompok dengan ada satu jantan dewasa. Lalu kelompok kedua adalah jantan semua atau all male group. Jadi, bekantan jantan remaja di one male group akan berpindah ke all male group. Nantinya, ketika sudah siap, salah satu jantan di all male group akan mencoba merebut satu one male group. Pertarungan ini bisa dimenangkan jantan baru atau jantan lama. Jika jantan baru yang menang, maka jantan lama biasanya yang kalah akan hidup menyendiri.
“Kalau di grup one male ada betina bawa bayi, dia akan menjauh dari kelompok untuk melindungi si bayinya. Karena bisa dibunuh sama bekantan jantan baru,” papar Tri.
Lebih Suka Daun Muda
Bekantan banyak ditemukan hidup di wilayah mangrove. Namun, ada juga yang hidup di hutan rawa atau sekitar rivarian sungai. Makanannya adalah daun atau terkadang buah mentah. Bukan buah matang. Bekantan ini hewan memamah biak.
Perut bekantan juga buncit, bukan karena kebanyakan makan. Tetapi, karena dia makan daun yang berserat dan susah dicerna, ada bakteri yang membantu pencernaannya dan menghasilkan gas. Sehingga, perut bekantan sering buncit. Ada setidaknya 188 jenis tumbuhan sumber pakan bekantan. Mulai dari bunga, buah mentah, tumbuhan, dan sebagainya.

“Tetapi, bekantan lebih suka daun muda,” sambungnya.
Tri menyambung, maka dari itu, salah jika bekantan diberi makanan buah matang seperti yang disukai monyet abu. Mungkin ketika diberi, bekantan akan memakannya. Namun, ibarat bagi manusia makanan ini seperti junkfood. Jadi, tidak baik bagi bekantan.
Memastikan habitat alam yang ideal untuk bekantan, akan berdampak pada eksistensinya. Tetapi, keberadaan bekantan yang lestari juga menjadi pertanda kehidupan lestari di wilayah itu. Sebab, bekantan adalah spesies payung.
“Bekantan itu bisa berbagi tempat atau habitat dengan monyet, orangutan, juga lutung,” sambungnya.
Bekantan ini bertubuh besar, jadi makan banyak. Jika dia bisa makan banyak, berarti tutupan vegetasi juga mendukung. Selain itu, dia hewan arboreal yang melompat dari satu pohon ke pohon lain. Ruang jelajahnya juga luas, hingga 1.100 meter per hari dan mampu berenang hingga 50 meter.
Hidup yang Terancam
Bekantan berpindah dari satu pohon ke pohon lain, dengan melompat dan berayun. Mereka juga tidur dan hidup di atas pohon. Jadi, bekantan tak jalan di tanah. Namun, karena tutupan hutan makin menipis, hidup mereka turut terancam.


Ancaman eksistensi ini terlihat pada indikasi perubahan aktivitas yang terekam dalam studi Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop) yang telah dipublikasi pada 2017. Dalam studi itu mulai ada fenomena bekantan tak lagi bergelantungan. Dari hasil studi kamera trap sejak 2013–2017 yang dilakukan tim Ecositrop di beberapa wilayah Kaltim, mereka menemukan kelompok bekantan yang bergerak di atas tanah. Perubahan perilaku dari bergerak di atas pohon ke bergerak di atas tanah, memberi konsekuensi pada bekantan. Mereka rentan pada predator di tanah seperti ular piton, dan sebagainya. Belum lagi risiko penyakit yang seharusnya tidak diidap. Namun, karena terlalu sering di atas tanah, penyakit tertentu bisa menyerang bekantan. Sementara secara alami, predator bekantan adalah buaya dan macan dahan. Mereka bisa dimangsa saat sedang di pohon oleh macan dahan, atau dimangsa buaya saat berenang.
