Tenggarong – Tidak hanya sebagai warisan, seni budaya Dayak juga menjadi potensi wisata yang besar bagi Kutai Kartanegara. Wisatawan lokal dan mancanegara sering tertarik untuk melihat langsung ritual adat, seni tari, dan kerajinan khas Dayak.
Pasalnya, di tengah arus modernisasi dan pembangunan, pelestarian budaya dan kesenian tradisional suku Dayak menjadi perhatian utama di Kutai Kartanegara. Pemerintah daerah bersama komunitas adat dan seniman lokal terus berupaya menjaga warisan leluhur agar tidak hilang tergerus zaman.
Kesenian Dayak seperti Tari Hudoq, seni ukir, dan upacara adat bukan hanya hiburan, tetapi juga identitas yang harus dijaga. Namun, salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya regenerasi. Anak-anak muda kini lebih tertarik pada budaya populer. Maka, perlu inovasi agar tradisi ini tetap menarik.
“Berbagai macam adat budaya seni yang dimiliki suku Dayak yang kita miliki adalah sebuah aset yang perlu dilestarikan dan dijaga, apalagi kita sangatlah dekat dengan IKN, untuk itu, harus terus kita kembangkan budaya dan seni ini,” kata Plt Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) Sugiarto, pada Sabtu ( 16/11/24).
Pemerintah Kutai Kartanegara telah menggelar berbagai program untuk mendukung pelestarian budaya. Juga, memperkenalkan seni tari khas Dayak kepada generasi muda dan wisatawan. Selain itu, komunitas adat juga menginisiasi pelatihan seni ukir dan pembuatan kerajinan tangan. Namun, ditegaskan bahwa pelestarian budaya Dayak memerlukan sinergi semua pihak.
Pendidikan berbasis budaya mesti diperkenalkan di sekolah-sekolah untuk memperkuat rasa cinta terhadap tradisi lokal. Apalagi, budaya juga memiliki nilai ekonomi. Tapi tetap harus dijaga autentisitasnya. Jangan sampai komersialisasi justru merusak maknanya,
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan budaya dan kesenian Dayak tetap hidup di tengah masyarakat. Generasi muda perlu menjadi garda terdepan dalam menjaga warisan leluhur ini agar tetap relevan dan menjadi kebanggaan bersama. (Advertorial/Diskominfo Kukar)