Hidup terpapar langsung sinar matahari, membuat risiko katarak pada nelayan menghantui. Di Kalimantan Timur, dari data Portaldata Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2023 ada 142.933 orang masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Mereka perlu mendapat perhatian lebih untuk isu kesehatan. Termasuk kesehatan mata.
Paparan intens sinar matahari secara langsung, membuat risiko katarak pada nelayan lebih besar dibandingkan profesi lain. Hal ini diperburuk dengan kesadaran gaya hidup tak sehat. Seperti merokok dan enggan memakai kacamata anti sinar ultraviolet saat melaut. Sebab, terbiasa melaut dengan mata telanjang.
“Kadang kalau pakai kacamata diolok, gaya banget,” cerita Ali, salah satu nelayan di Pulau Maratua, Berau.
Panas matahari pun sudah dirasa biasa. Puluhan tahun jadi nelayan, dirinya masih fit. Meskipun kini melaut juga harus lebih jauh, dia tak begitu khawatir dengan sinar matahari. Meski tak pernah dapat bagian program kacamata untuk nelayan, namun Ali mengaku di Berau sudah ada program asuransi nelayan.
Meski begitu, risiko katarak pada nelayan tak bisa diabaikan. Data dari Kementerian Kesehatan 2018 menyebut 1,9 persen penduduk Indonesia di atas 50 tahun mengalami kebutaan akibat katarak.
Untuk diketahui, katarak adalah gangguan penglihatan saat lensa mata keruh dan seperti berawan. Orang yang mengalami katarak akan merasa seperti melihat kabut atau berasap. Penyebab katarak ini beragam. Mulai dari penuaan, trauma, hingga gaya hidup. Katarak pada dasarnya bisa disembuhkan dengan operasi.
Target Global WHO saat ini dengan strategi Integrated People-Centred Eye Care including preventable vision impairment and blindness, yaitu peningkatan 30% cakupan efektif untuk operasi katarak pada tahun 2030, dan peningkatan 40% cakupan efektif untuk kelainan refraksi pada tahun 2030.
Pada tingkat Nasional, Pemerintah telah menetapkan target untuk menurunkan prevalensi gangguan penglihatan sebesar 25% pada tahun 2030 dari prevalensi di tahun 2017 (baseline 3%) melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2020. Penanggulangan gangguan penglihatan di Indonesia diprioritaskan pada penyakit katarak, kelainan refraksi, glaukoma, retinopati diabetikum, kebutaan pada anak, dan low vision. (sirana.id)