SAMARINDA – Hujan deras yang mengguyur Samarinda, pada selasa (28/1/2025), memperparah banjir di berbagai kecamatan. Sejak minggu (26/1/2025), sebenarnya sejumlah wilayah sudah tergenang hingga 20-50 centimeter. BPBD pun telah membuat dapur umum dan menyiapkan bantuan untuk warga terdampak yang lokasinya kebanyakan di wilayah Samarinda Utara.
Namun, hujan selasa petang membuat kondisi makin parah. Sejumlah ruas jalan pun dilaporkan tak bisa dilewati. Beberapa permukiman juga tergenang dan membuat warga juga tak dapat beraktivitas.
Selain banjir, hujan deras juga memicu longsor di tiga titik lokasi, yaitu Jalan Bhayangkara di Balai Kota Samarinda, Jalan Sentosa Dalam 2, dan Jalan KS Tubun Gang 4 Nomor 42 RT 5.
Hujan tak juga berhenti pada Selasa itu. Rabu (29/1/2025) hujan juga mengguyur dan beberapa kawasan lain juga banjir. Salah satunya di Kelurahan Bukuan, Palaran, banjir cukup luas dan mengganggu aktivitas warga. Fasilitas umum juga tergenang. Seperti SD 004 Palaran. Areanya yang rawan banjir, membuat sekolah ini tak terlewatkan banjir.
Banjir di Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran ini berdampak pada warga di 12 RT. Total ada 1.539 jiwa yang terdampak dan tiga rumah di antaranya terdampak tanah longsor.
Di sisi lain, bayang-bayang air bakal naik juga masih ada. Pasalnya, prakiraan cuaca dari BMKG Samarinda juga menunjukkan wilayah Samarinda hingga 30 Januari 2025 akan diguyur hujan.
Sementara itu, dalam prediksi BMKG, cuaca selama periode 28 – 30 Januari 2025 diperkirakan akan terjadi Hujan Lebat -Sangat Lebat di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Kalimantan Timur. Kondisi ini akan berlanjut hingga periode selanjutnya yaitu 31 Januari hingga 3 Februari.
“Pada akhir Januari, angin Monsun Asia masih dominan menjadi faktor utama pemicu hujan, sedangkan potensi hujan meningkat akibat MJO yang kini berada di fase 3 (Samudra Hindia Timur), La Nina yang lemah, serta gelombang atmosfer aktif,” terang BMKG dalam keterangan tertulisnya.
Selain itu, Gabungan fenomena seruakan udara dingin, sirkulasi siklonik, konvergensi, dan belokan angin tersebut mendukung peningkatan aktivitas hujan di sejumlah wilayah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Fenomena ini menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem di berbagai daerah di Indonesia. (sirana.id)