TENGGARONG – Pemerintah Desa Prangat Selatan, Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sedang mengubah embung desa menjadi kawasan wisata terpadu dan taman edukasi melalui pendanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dari sejumlah perusahaan. Proyek yang telah berjalan selama tiga tahun ini dikembangkan secara mandiri tanpa menggunakan anggaran desa maupun daerah.
Kepala Desa Prangat Selatan Sarkono menjelaskan bahwa penataan kawasan embung mendapat dukungan dari PT Mahakam Sumberjaya dan PT Pertamina Hulu Sanga Sanga. “PT MSC menangani penataan embung, sedangkan pembangunan empat unit ruko untuk UMKM merupakan bantuan dari PT Pertamina,” ujarnya. Keempat ruko tersebut akan dimanfaatkan sebagai ruang usaha bagi pelaku UMKM lokal untuk menjual kuliner, suvenir, dan produk kreatif khas desa.
Selain ruko, fasilitas yang sudah tersedia mencakup toilet umum terpisah untuk laki-laki dan perempuan serta gazebo. Dalam waktu dekat, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kukar akan membangun perpustakaan desa lengkap dengan koleksi bukunya. “Kami berharap embung ini tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga taman edukasi bagi pelajar dan masyarakat mengingat di Prangat Selatan terdapat berbagai jenjang pendidikan,” kata Sarkono.
Pemerintah desa telah mengajukan permohonan pendampingan kepada Dinas Pariwisata Kukar untuk menyusun rencana induk pengembangan kawasan, termasuk pembangunan pendopo dan rumah adat yang merepresentasikan keragaman etnis di desa tersebut. “Desa kami multi-etnis, ada warga dari Jawa, Madura, Sulawesi, NTB, hingga Dayak. Kami ingin membangun rumah-rumah adat agar budaya dan kesenian bisa hidup dan berkembang,” tuturnya.
Untuk pengelolaan kawasan, pemerintah desa sedang merancang pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dengan pendampingan dari Dinas Pariwisata. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Prangat Selatan juga akan dilibatkan dalam pengelolaan dan investasi, termasuk pengadaan sepeda air sebagai wahana wisata. “Embung kami cukup luas, dan sepeda air bisa menjadi atraksi menarik. Nanti BUMDes yang akan mengelolanya agar hasilnya kembali untuk desa,” pungkas Sarkono.
Pengembangan embung berbasis CSR ini menunjukkan model kemandirian desa dalam menciptakan destinasi wisata yang berkelanjutan sekaligus memberdayakan ekonomi lokal. (Adv/DPMD Kukar)