SAMARINDA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Yusniar Juliana, mengungkapkan bahwa sektor Pertambangan dan Penggalian menjadi penopang utama penyerapan tenaga kerja di provinsi ini.
“Lapangan usaha yang menyerap tambahan tenaga kerja terbesar yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian, dengan 46.002 orang,” jelas Yusniar dalam keterangan resminya, Jumat (16/5/2025).
Pada Februari 2025, komposisi pekerja di Kaltim masih didominasi oleh kegiatan informal. Sebanyak 943.098 orang (46,92 persen) bekerja di sektor informal, sementara 1.066.892 orang (53,08 persen) berada di sektor formal.
Selanjutnya penduduk bekerja pada kegiatan informal naik sebesar 0,05 persen poin jika dibandingkan Februari 2024. Sebaliknya, pekerja formal turun 0,05 persen poin dibandingkan Februari 2024.
BPS Kaltim juga mencatat adanya pergeseran dalam status pekerjaan. Persentase pekerja setengah penganggur mengalami kenaikan sebesar 1,58 persen poin, sementara pekerja paruh waktu justru turun sebesar 2,81 persen poin dibandingkan Februari 2024.
Status pekerjaan juga menunjukkan dominasi buruh/karyawan/pegawai sebesar 49,16 persen. Profesi pekerja bebas di pertanian menjadi yang paling sedikit, hanya 0,99 persen.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di provinsi ini pada Februari 2025 mencapai 2.123.156 orang, meningkat 113.639 orang dibandingkan Februari 2024. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami peningkatan signifikan, yakni sebanyak 115.996 orang menjadi 2.009.990 orang pada Februari 2024.
Di sisi lain, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kalimantan Timur pada Februari 2025 tercatat sebesar 5,33 persen. Angka ini menunjukkan penurunan 0,42 persen poin dibandingkan dengan periode yang sama pada Februari 2024.
Secara gender, pada Februari 2025, tingkat setengah pengangguran laki-laki di Kaltim tercatat sebesar 6,09 persen, lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sebesar 4,91 persen.
Namun, Susah Meraih Masa Depan dengan Pertambangan
Kaltim memang bergantung tambang. PDRB 2024 Kaltim tercatat di angka Rp858,4 triliun, dengan Rp329,4 trilun berasal dari sektor pertambangan dan penggalian. Namun, angka itu menurun dibanding tahun sebelumnya. Pada 2023 PDRB Kalimantan Timur tercatat Rp843,571 triliun dengan Rp364,365 triliun berasal dari pertambangan dan penggalian. Artinya, 2023 sektor ini menyumbang peranan 43,19 persen. Jika 2024 menjadi 38,38 persen kontribusi sektor ini berarti menurun sekitar 4,81 persen.
Ketergantungan ini, masih tinggi. Maka dari itu, jika harga batu bara jeblok, ekonomi di Kaltim akan sangat terpengaruh. Jika seluruh negara menjalankan komitmen iklim masing-masing, permintaan akan turun 20 persen sebelum 2030 dan 70 persen sebelum 2050. Maka dari itu, Kalimantan Timur atau daerah lain juga harus melepaskan diri perlahan dari ketergantungan batu bara.
Apalagi, kondisi kenaikan suhu ini menyebabkan bencana iklim hingga isu kesehatan dan keselamatan umat manusia. Salah satu contohnya cuaca ekstrem yang berdampak banjir. Misal bagaimana banjir besar bisa terjadi Mahakam Ulu lalu ke Kutai Barat. Juga beberapa wilayah banjir di daerah lain seperti di Samarinda, Balikpapan, dan sebagainya. (Sirana.id)