Jakarta – Beberapa dekade terakhir, ketidakpastian iklim menjadi tantangan utama yang harus dihadapi. Menghadapi tantangan tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) dalam rilisnya, memaparkan mereka melakukan analisis mendalam terhadap proyeksi curah hujan di Indonesia menggunakan model iklim global CMIP6.
Menurut Mahmud, Perekayasa Ahli Utama PRIMA, riset ini bertujuan untuk memahami dampak perubahan iklim terhadap pola curah hujan di masa depan, yang memiliki implikasi signifikan pada sektor pertanian, sumber daya air, dan mitigasi bencana.
“CMIP6 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 6) merupakan kumpulan data dari berbagai model iklim global yang digunakan secara luas dalam studi perubahan iklim,” jelasnya pada webinar PRIMA bertajuk Climate Frontiers in Indonesia: Insights from Land, Sea and Sky hari ke-2, Rabu (30/4) di Bandung.
Bersama kelompok riset Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan di PRIMA-BRIN, Mahmud mengolah data dari puluhan model CMIP6 dengan resolusi spasial yang bervariasi. Data global tersebut kemudian disesuaikan ke skala lokal Indonesia melalui interpolasi bilinear.
Untuk memastikan akurasi proyeksi, dilakukan evaluasi menggunakan Taylor Diagram yang membandingkan hasil model dengan data observasi dari CHIRPS (Climate Hazards Group InfraRed Precipitation with Station). “Hasil evaluasi menunjukkan bahwa model-model tersebut memiliki performa yang baik dengan rata-rata korelasi spasial sebesar 0,6,” ungkap Mahmud.
Selanjutnya, dilakukan koreksi bias untuk menyelaraskan hasil model dengan data observasi, serta penggabungan beberapa model terbaik menjadi ensemble model guna mengurangi ketidakpastian proyeksi. Proyeksi curah hujan kemudian dianalisis untuk dua periode waktu, yaitu 2031–2060 dan 2070–2099.
Mahmud menjelaskan bahwa hasil analisis menunjukkan adanya perubahan pola curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, yang dapat berdampak pada sektor-sektor vital seperti pertanian dan pengelolaan sumber daya air.
“Informasi dari hasil riset ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perencanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat nasional dan regional di masa mendatang dengan ketidakpastian dan skenario yang diterapkan,” jelas Mahmud. (Sirana.id)
Baca Juga: Dibanding Bencana Lain, Banjir Bikin Paling Banyak Penderitaan di Kaltim