Kota Bangun, Kutai Kartanegara – Nama Desa Pela, memang cukup masyhur sebagai Desa Wisata. Beberapa pejabat nasional sudah merasakan keindahan desa ini. Pesut Mahakam, menjadi yang paling menarik untuk datang ke desa di Kecamatan Kota Bangun ini.
“Masyarakat Pela turut andil menjaga konservasi Pesut Mahakam. Kami rutin melakukan razia illegal fishing dan di tingkat desa, kami membuat Perdes (Peraturan Desa) tentang larangan menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. Artinya selain kita jaga pesutnya, kita jaga juga ekosistemnya,” ujar Alimin, pegiat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Pela yang juga peraih Penghargaan Kalpataru kategori Penyelamat Lingkungan Tahun 2024.
Datang ke Desa Pela, benefitnya tidak hanya kesempatan bersua Pesut Mahakam. Pengunjung bisa belajar soal tradisi masyarakat setempat. Misalnya, ada Museum Pela yang merekam perjalanan tradisi para nelayan di Desa Pela. Juga bagaimana tuah air di sekitar desa mereka, telah menghidupi ratusan tahun. Termasuk bagaimana Desa Pela tahun ke tahun, dan ikan apa saja yang telah menjadi penghidupan warga di desa ini.

Tak hanya budaya, wisatawan yang datang juga bisa menikmati wisata air. Sekadar berperahu atau main banana boat, juga bisa di desa ini. Danau Semayang dan Sungai Pela, siap disusuri. Tak bisa berenang, juga tak perlu khawatir. Sebab, wisatawan wajib mengenakan pelampung.
Ke Desa Pela, wajib menginap. Masalah akomodasi, jangan khawatir. Ada penginapan di sini. Harganya sekitar Rp150 ribu hingga Rp200 ribu sudah sama sarapan. Jika sore hari sudah lelah menyusuri Banana Boat, bisa bersantai di kafe Desa Pela dan karaoke. Ada juga paket membatik dan menonton video dokumenter, menyaksikan tarian jepen, dan bela diri kuntau. Untuk ke Desa Pela, harus ke Kota Bangun. Nanti wisatawan bisa menyeberang menuju Desa Pela. Untuk carter kapal hanya Rp400 ribu. Jika sudah siap berangkat. Silakan kontak instagram @desawisatapela untuk detailnya. (Advertorial/Dinas Pariwisata Kukar)